Xinjiang, Radio Bharata Online - Para anggota parlemen dari Tiongkok dan lebih dari 60 negara berkumpul di Urumqi, ibu kota Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, Tiongkok barat laut, pada hari Minggu (14/9) dalam Forum Legislator untuk Pertukaran Persahabatan 2025, yang bertujuan guna memperdalam dialog dan mendorong pembangunan global yang berkelanjutan.

Para peserta mengatakan pertemuan ini berlangsung di saat yang krusial, karena negara-negara mencari titik temu dan cara-cara baru untuk memajukan pertumbuhan berkelanjutan.

"Pertukaran persahabatan -- dan inilah nama forumnya -- sangat dibutuhkan saat ini, terutama di antara para anggota parlemen, karena dunia sedang berubah. Kita memiliki tipe dan gaya ekonomi baru, sistem perbankan baru. Kita adalah anggota parlemen, dan forum ini, yang paling saya sukai, adalah tentang hukum. Hukum adalah aturan. Ketika Anda memiliki aturan, dunia menjadi stabil, setara. Dan saya pikir inilah jalan menuju tata kelola global. Berkat Tiongkok, kita melihat bagaimana hal itu terwujud hari ini," ujar Mariia Butina, Anggota Komite Urusan Internasional Duma Negara Rusia.

Dalam beberapa hari terakhir, anggota parlemen internasional mengunjungi berbagai wilayah Xinjiang, menyaksikan langsung perkembangan wilayah tersebut. Mereka mengatakan bahwa kunjungan itu telah menawarkan ide-ide baru, inspirasi segar, dan peluang kerja sama di berbagai bidang.

"Kami mengunjungi pabrik lavender, yang tampaknya telah membantu puluhan ribu orang keluar dari kemiskinan. Saya ingin membawa pengalaman ini kembali ke Laos, menunjukkan bahwa bisnis dapat melakukan lebih dari sekadar menghasilkan keuntungan -- mereka juga dapat membantu petani mengatasi kemiskinan. Ini juga merupakan cara yang lebih baik untuk meningkatkan persahabatan antara kedua negara kita," kata Sommad Pholsena, Wakil Presiden Majelis Nasional Laos.

Berbicara tentang hal yang paling berkesan selama kunjungan tersebut, Joseph Thomas Isaac, Ketua Majelis Persemakmuran Dominika, menyoroti pencapaian Xinjiang dalam pertanian modern.

"Anda telah menciptakan, bisa saya katakan, sebuah keajaiban pertanian. Satu pohon apel bisa tumbuh di suatu tempat, tetapi bagaimana Anda menciptakan sistem untuk menghasilkan ribuan pohon apel? Jadi, dibutuhkan bentuk yang lebih mendalam, dibutuhkan rekayasa, dibutuhkan teknologi, tetapi yang terpenting, dibutuhkan persatuan rakyat. Itulah yang paling mengesankan saya," ujarnya.

Para anggota parlemen juga bertukar pengalaman dalam memajukan pembangunan melalui Prakarsa Sabuk dan Jalan, konservasi ekologi, perlindungan hak asasi manusia, dan bidang-bidang lainnya.