Beijing, Radio Bharata Online - Tiongkok sedang membuat kemajuan pesat dalam pengembangan teknologi antarmuka otak-komputer atau brain-computer interface (BCI), yang ditandai dengan kemajuan baru dalam aplikasi klinis.

Teknologi BCI memungkinkan interaksi antara kecerdasan biologis dan kecerdasan mesin dengan membangun saluran informasi antara otak manusia dan mesin. Pemerintah Tiongkok memandangnya sebagai prioritas dalam upaya negara tersebut untuk mengembangkan industri teknologi tinggi dan telah meluncurkan peta jalan untuk mencapai terobosan dalam industri BCI pada tahun 2027.

Di Rumah Sakit Tiantan Beijing, yang meluncurkan Bangsal Klinis dan Translasi Antarmuka Otak-Komputer pertama di negara itu pada awal tahun 2025, pasien pertama baru-baru ini menunjukkan peningkatan kondisi sejak perawatannya dimulai.

Pasien pria berusia 50 tahun tersebut dulunya bekerja sebagai sopir truk. Pendarahan otak dua tahun lalu menyebabkannya lumpuh di sisi kiri tubuhnya.

Pada bulan Juni 2025, ia menjalani prosedur BCI "Beinao-1" di Rumah Sakit Tiantan Beijing. Selama prosedur ini, dokter menanamkan elektroda fleksibel semi-transparan di bawah tengkoraknya dan menempel pada permukaan duramater, yang memungkinkan transmisi sinyal saraf secara real-time dari korteks serebral ke perangkat dekode eksternal. "Beinao-1" adalah sistem BCI nirkabel semi-invasif yang sepenuhnya dapat ditanamkan, yang dikembangkan oleh Institut Penelitian Otak Tiongkok dan NeuCyber ​​NeuroTech.

"MRI fungsional praoperatif digunakan untuk menemukan area target. Kami menempatkan elektroda fleksibel secara epidural di atas korteks motorik dan terus-menerus memverifikasi selama operasi bahwa kami menerima sinyal saraf yang jelas. Hanya dengan demikian kami dapat memastikan keberhasilan akuisisi sinyal, dekode, dan kontrol motorik anggota tubuh pascaoperasi," ujar Cao Yong, Wakil Direktur Eksekutif Pusat Bedah Saraf di Rumah Sakit Tiantan Beijing.

Selama pelatihan pascaoperasi, setiap kali pasien menggerakkan anggota tubuhnya, sistem akan menangkap sinyal saraf, yang kemudian didekode oleh algoritma untuk menggerakkan perangkat eksternal dan membantu rehabilitasi. Setelah beberapa bulan, mobilitas anggota tubuh bagian atas pasien menunjukkan peningkatan yang signifikan.

"BCI bukanlah pekerjaan klinis biasa karena melibatkan ilmu komputasi, komputasi, biosains, dan praktik klinis. Ini merupakan kolaborasi multidisiplin. Misalnya, kami bekerja sama dengan Institut Penelitian Otak Tiongkok (CIBR) dan perusahaan-perusahaan cip di berbagai institusi. Dengan mendirikan bangsal ini, Rumah Sakit Tiantan Beijing telah menciptakan platform yang mengintegrasikan keahlian di bidang teknologi, komputasi, elektrofisiologi, dan pencitraan klinis, yang menghubungkan seluruh rangkaian uji klinis BCI dan mempercepat kemajuan di bidang ini," jelas Zhao Jizong, Ahli Bedah Saraf dan Akademisi dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok.