Kamis, 3 April 2025 12:56:45 WIB
Trump akan mengenakan tarif timbal balik yang lebih tinggi secara individual pada negara dan kawasan yang memiliki defisit perdagangan terbesar dengan Amerika Serikat
Ekonomi
AP Wira

Presiden AS Donald Trump berdiri, setelah menyampaikan pidato tentang tarif, di Rose Garden di Gedung Putih di Washington, DC, AS, pada tanggal 2 April 2025./foto: Reuters
WASHINGTON, Radio Bharata Online - Di tengah meluasnya pertentangan, Presiden AS Donald Trump pada hari Rabu menandatangani perintah eksekutif tentang apa yang disebut "tarif timbal balik," yang mengenakan "tarif dasar minimum" sebesar 10 persen dan tarif yang lebih tinggi pada mitra dagang tertentu.
Semua impor akan dikenakan tarif tambahan sebesar 10 persen, kecuali ditentukan lain, kata perintah eksekutif tersebut. Ini akan berlaku pada tanggal 5 April.
Trump akan mengenakan "tarif timbal balik yang lebih tinggi secara individual" pada negara dan kawasan yang memiliki "defisit perdagangan terbesar" dengan Amerika Serikat, menurut dokumen Gedung Putih. Ini akan berlaku pada tanggal 9 April.
Dalam pidatonya di White House Rose Garden, Trump menyajikan bagan tentang "tarif timbal balik". Bagan menunjukkan bahwa berbagai negara dan kawasan menghadapi tingkat tarif yang berbeda.
Misalnya, Tiongkok akan menghadapi tarif sebesar 34 persen, Uni Eropa 20 persen, Vietnam 46 persen, Jepang 24 persen, India 26 persen, Korea Selatan 25 persen, Thailand 36 persen, Swiss 31 persen, Indonesia 32 persen, Malaysia 24 persen, dan Kamboja 49 persen.
Beberapa barang tidak akan dikenakan tarif timbal balik, termasuk baja dan aluminium, serta mobil dan suku cadang mobil yang sudah dikenakan tarif Bagian 232, tembaga, farmasi, semikonduktor, dan kayu, Gedung Putih mencatat.
Meskipun Trump mengklaim bahwa tarif yang lebih tinggi akan membantu mendatangkan pendapatan bagi pemerintah dan merevitalisasi manufaktur AS, para ekonom telah memperingatkan bahwa tindakan tersebut akan menaikkan harga bagi konsumen dan bisnis AS, mengganggu perdagangan global, dan merugikan ekonomi global. [Shine]
Komentar
Berita Lainnya
Banyaknya investasi yang masuk ke Jateng saat ini menjadi bukti bahwa Indonesia masih menjadi negara yang dipercaya para investor Ekonomi
Selasa, 4 Oktober 2022 18:8:39 WIB

Seperempat abad yang lalu Ekonomi
Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

Selama liburan Hari Nasional tahun ini permintaan untuk perjalanan singkat dan penjualan peralatan luar ruangan terus meningkat Ekonomi
Jumat, 7 Oktober 2022 19:14:0 WIB

Shanghai mengharapkan mobil listrik penuh untuk membuat lebih dari setengah penjualan mobil pada tahun 2025 Ekonomi
Kamis, 13 Oktober 2022 21:21:32 WIB

Para petani cabai dan beras mengaku risau akan lonjakan harga akibat curah hujan yang tinggi sejak pekan lalu Ekonomi
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:37:6 WIB

Huawei mengumumkan Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 10:1:4 WIB

14 negara teken kesepakatan dagang dengan pengusaha Indonesia Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 15:36:8 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di atas 5 Ekonomi
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:45:9 WIB
