Beijing, Bharata Online - Seorang kepala peneliti lembaga kajian globalisasi yang berbasis di Beijing pada hari Selasa (28/10) mendesak forum ekonomi regional Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) untuk lebih baik dalam memerangi proteksionisme dan meningkatkan kerja sama sains-teknologi terbuka guna menyelaraskan sumber daya inovasi secara efektif.

Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC ke-32 akan diselenggarakan di Gyeongju, Korea Selatan, mulai Jumat (31/10) hingga Sabtu (1/11). Tema APEC 2025 adalah "Membangun Masa Depan yang Berkelanjutan: Terhubung, Berinovasi, Sejahtera".

Proyeksi terbaru dari Dana Moneter Internasional menunjukkan bahwa ekonomi Asia-Pasifik diperkirakan akan tumbuh 4,5 persen tahun ini. Namun, pertumbuhan tersebut diperkirakan akan melambat menjadi 4,1 persen pada tahun 2026 di tengah dampak negatif tarif.

Li Yong, Kepala Peneliti di D and C Think Tank, sebuah lembaga kajian yang berbasis di Beijing yang berfokus pada studi globalisasi dan tata kelola global, agar APEC dapat membangun masa depan yang berkelanjutan, penting untuk benar-benar membangun landasan bersama dalam mekanisme untuk melawan proteksionisme.

Li menyerukan upaya APEC dalam menciptakan sistem pendukung untuk membantu negara-negara berkembang di kawasan tersebut meningkatkan ekonomi dan infrastruktur mereka serta bergabung dengan gelombang inovasi digital.

"Negara-negara berkembang tersebut, juga negara-negara kurang berkembang, karena alasan historis dan beberapa alasan lainnya, tertinggal dalam hal pembangunan ekonomi, infrastruktur, dan sebagainya. Jadi, saya pikir penting bagi dunia, dan khususnya bagi APEC, untuk benar-benar merancang sistem pendukung, misalnya, untuk membantu mereka meningkatkan ekonomi, infrastruktur, logistik, dan khususnya upaya pengembangan kapabilitas mereka, misalnya, untuk membantu mereka bergabung dengan gelombang inovasi digital dan revolusi AI, untuk menjadi bagian dari program kemakmuran yang diluncurkan oleh sesi APEC ini," jelasnya.

Li mengatakan, APEC harus menjalankan kerja sama sains dan teknologi yang terbuka agar dapat menyelaraskan sumber daya inovasi secara efektif.

"Sangat penting untuk mematuhi prinsip sistem kerja sama, kolaborasi, dan pertukaran teknologi yang terbuka, bebas, dan adil. Harus ada mekanisme dan pendekatan bagi APEC untuk mengadvokasi kerja sama dan pertukaran teknologi antarnegara. Saya pikir APEC perlu menguji beberapa aturan dan regulasi dalam mengatur teknologi-teknologi yang masih dalam tahap awal," ujarnya.