Nanning, Radio Bharata Online - Tiongkok dan ASEAN meluncurkan peningkatan penting dalam kerangka kerja perdagangan bebas mereka pada hari Rabu (17/9), dengan meluncurkan Kawasan Perdagangan Bebas Tiongkok-ASEAN Versi 3.0 yang berbasis institusional dan aturan di Nanning, Tiongkok selatan, untuk memperdalam kerja sama di bidang ekonomi digital, pembangunan hijau, dan konektivitas rantai pasokan.

Kawasan ini mencakup Kawasan Perdagangan Bebas Tiongkok-ASEAN atau China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) Versi 3.0, sebuah peningkatan berkualitas tinggi yang bersifat institusional, berbasis aturan, dan diarahkan pada sektor-sektor yang sedang berkembang.

Berbeda dengan iterasi sebelumnya yang memprioritaskan pengurangan tarif dan investasi jasa, Versi 3.0 memperluas cakupannya hingga mencakup ekonomi digital, pembangunan hijau, konektivitas rantai pasok, dan harmonisasi standar serta prosedur penilaian kesesuaian, menandai perubahan strategis menuju kerja sama yang berorientasi masa depan.

"CAFTA Versi 3.0 menciptakan banyak peluang. Pertama, hal ini menyoroti keterbukaan yang lebih besar, terutama di bidang-bidang seperti ekonomi digital, ekonomi hijau, dan perdagangan jasa. Kedua, standar-standarnya lebih kompatibel, yang akan membantu memfasilitasi perdagangan, investasi, dan inspeksi komoditas antara Tiongkok dan negara-negara ASEAN," ujar Chai Haitao, Wakil Presiden Dewan Tiongkok untuk Promosi Investasi Internasional.

Ia mengungkapkan bahwa visi tersebut juga menyoroti AI sebagai kekuatan baru dalam memberdayakan kerja sama ekonomi dan perdagangan regional. Menurut Chai, upaya harus dilakukan untuk mempercepat adopsi AI dalam produksi industri, terutama di bidang-bidang seperti e-commerce lintas batas, pertanian cerdas, dan energi hijau.

"AI memainkan peran yang sangat penting bagi bisnis dan pabrik. Para wirausahawan baru dapat menurunkan biaya (dan) menggunakan AI untuk (menembus) pasar. Jadi, ini sangat penting dalam hal layanan, secara global," kata Phanphasa Lomchanthala, Profesor Madya di Sekolah Ekonomi dan Administrasi Bisnis, Universitas Nasional Laos.

Menurut data dari Administrasi Umum Kepabeanan atau General Administration of Customs (GAC) pada hari Selasa (16/9), Tiongkok dan ASEAN telah menjadi mitra dagang terbesar satu sama lain selama lima tahun berturut-turut, dengan ASEAN mempertahankan posisinya sebagai mitra dagang terbesar Tiongkok di bidang produk pertanian selama delapan tahun berturut-turut.

Menurut GAC, dalam delapan bulan pertama tahun 2025, impor dan ekspor Tiongkok dengan ASEAN naik 9,7 persen secara tahunan menjadi 4,93 triliun yuan (sekitar 11.500 triliun rupiah), mencapai rekor tertinggi dalam sejarah untuk periode tersebut.