Selasa, 14 November 2023 11:32:25 WIB

Internasionalisasi RMB Tiongkok Dinilai Mencapai Kemajuan Pesat
Ekonomi

Eko Satrio Wibowo

banner

Ben Shenglin, Wakil Direktur International Monetary Institute di Renmin University di Beijing (CMG)

Beijing, Radio Bharata Online - Sebagai salah satu dari lima mata uang yang paling banyak diperdagangkan dalam hal omset valuta asing global, yuan Tiongkok, atau renminbi (RMB), telah mengalami kemajuan yang solid dan mantap dalam mencapai internasionalisasi selama beberapa tahun terakhir, ujar seorang pakar Tiongkok di bidang tersebut pada hari Minggu (12/11).

Ben Shenglin, Wakil Direktur International Monetary Institute di Renmin University di Beijing, berbagi wawasannya tentang internasionalisasi yuan Tiongkok dalam sebuah wawancara dengan China Global Television Network (CGTN) setelah menghadiri konferensi tahunan Financial Street Forum 2023.

Pada konferensi yang berlangsung di Beijing dari tanggal 8 hingga 10 November 2023, keterbukaan dan kerja sama di sektor keuangan Tiongkok menjadi fokus, dengan perwakilan lembaga keuangan global utama menyoroti internasionalisasi yuan Tiongkok yang cepat.

Menurut Laporan Internasionalisasi RMB yang baru-baru ini diterbitkan oleh People's Bank of China pada akhir Oktober 2023, dalam sembilan bulan pertama tahun 2023, pembayaran RMB lintas batas mencapai lebih dari 38 triliun yuan (sekitar 82 ribu triliun rupiah), naik 24 persen dari tahun ke tahun. Dari jumlah tersebut, hampir seperempatnya digunakan untuk penyelesaian perdagangan, level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

Ketika mengomentari tren tersebut, Ben menekankan signifikansi global RMB yang terus meningkat dan implikasinya terhadap ekonomi dunia selama wawancara. Pasalnya, Tiongkok telah menjalin kemitraan dengan lebih banyak negara di dunia, tetapi masih membutuhkan beberapa tahun lagi bagi yuan Tiongkok untuk memimpin di antara mata uang pembayaran dunia.

"Kami adalah salah satu dari lima mata uang teratas saat ini di dunia, terutama dalam penyelesaian perdagangan lintas batas, tetapi juga dalam beberapa transaksi keuangan serta mata uang cadangan. Meskipun begitu, ini adalah perjalanan yang panjang. Butuh beberapa dekade lagi (bagi Tiongkok untuk) menjadi penyedia layanan mata uang terkemuka," kata Ben.

Ben mengatakan bahwa internasionalisasi renminbi akan membantu meningkatkan kerjasama ekonomi dan perdagangan antara Tiongkok dan negara-negara mitranya, dan meningkatkan infrastruktur fiskal juga akan membantu mendorong kemajuan internasionalisasi mata uang tersebut.

"Ini akan menjadi sangat penting karena Tiongkok adalah mitra dagang utama bagi banyak negara di dunia. Dan ketika kami berdagang satu sama lain, kami lebih suka memiliki mata uang kami sendiri untuk menyelesaikannya. Namun di masa lalu, karena keterbatasan tertentu, dalam infrastruktur, misalnya, atau sistem pembayaran, maka, hari ini, kami membangun kemitraan bilateral, kami membangun perjanjian multilateral, dan kami juga melakukan apa yang disebut sisi infrastruktur fiskal, yang berarti sistem pembayaran, sehingga akan mudah, aman dan efisien dan nyaman untuk menggunakan renminbi untuk penyelesaian perdagangan, untuk investasi, untuk cadangan devisa," jelas pakar tersebut.

Selain itu, tahun ini telah terjadi perluasan BRICS dari 5 menjadi 11 anggota, dengan Argentina, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan negara-negara lain yang akan secara resmi bergabung dengan mekanisme kerjasama BRICS pada 1 Januari tahun depan. Hal tersebut akan menciptakan ruang yang luas untuk kerja sama ekonomi dan perdagangan yang lebih dalam di dalam kelompok ini.

Dalam hal ini, Ben mengatakan bahwa kemungkinan untuk mempromosikan penyelesaian RMB di dalam negara-negara BRICS akan membawa peluang besar, tetapi Tiongkok juga harus mempertimbangkan berbagai tantangan yang menyertainya seperti kompetisi yang ketat.

"Peluangnya sangat besar, karena (ada) negara-negara berkembang pada umumnya dan negara-negara BRICS pada khususnya. Kami seperti menderita karena harus menggunakan mata uang yang berbeda selain mata uang kami sendiri. Karena itu, meskipun Anda memiliki keinginan untuk melakukan hal tersebut dan ada permintaan yang baik untuk itu, namun sistem global saat ini, infrastrukturnya, misalnya SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications) dan banyak hal lainnya, mereka sudah tertanam, dibangun sekitar 80 tahun yang lalu. Jadi, saya pikir akan ada persaingan. Tapi, Tiongkok tidak takut dengan persaingan yang adil. Kita perlu berkontribusi pada ekonomi global. Kita perlu berkontribusi pada sistem keuangan global yang lebih seimbang, mekanisme perdagangan global yang lebih seimbang," paparnya.

Komentar

Berita Lainnya

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi

Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

banner