Pakar Hubungan Internasional dan peneliti senior dari China Institute of International Studies, Dong Manyuan, pada Sabtu (11/3) lalu menyatakan bahwa kesepakatan yang ditengahi Tiongkok yang memulihkan hubungan diplomatik antara Iran dan Arab Saudi menunjukkan peningkatan status diplomatik negeri tirai bambu di Timur Tengah. 

Pernyataan itu ia sampaikan dalam sebuah wawancara dengan China Global Television Network (CGTN). Menurut Dong, Tiongkok naik di atas posisi sebagai mitra ekonomi terbesar sebagian besar negara di kawasan tersebut. Dan momen ini bisa menjadi momentum negara-negara Timur Tengah untuk lepas dari hegemoni AS. 

"Tiongkok dan negara-negara di kawasan Timur Tengah saling menghormati dan setara. Tiongkok tidak lebih unggul dari yang lain dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Sebaliknya, pemerintahan Biden mengurangi investasinya di Timur Tengah menjadi terendah sejak Perang Dingin. Lebih penting lagi, penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan dan pengabaian pemerintah Afghanistan yang pro-Amerika juga merupakan pelajaran penting bagi sekutu regional Biden tentang Amerika Serikat yang tidak dapat diandalkan," katanya. 

Pada Jum'at (10/3) lalu, pasca berselisih selama bertahun-tahun, Arab Saudi dan Iran akhirnya menandatangani kesepakatan di Beijing setelah sebelumnya melakukan pembicaraan selama empat hari.

Hubungan diplomatik antara kedua negara pun telah dibangun kembali dan kedutaan akan dibuka kembali dalam waktu dua bulan. Pertemuan antara menteri luar negeri mereka juga sudah direncanakan. 

Upaya Tiongkok itu telah didukung oleh komunitas internasional. Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres juga menyambut baik kesepakatan tersebut.

Menteri Luar Negeri Pakistan Bilawal Bhutto Zardari mengatakan bahwa kesepakatan itu menunjukkan peran kepemimpinan yang dimainkan Tiongkok di panggung dunia, berfokus pada penyatuan ketimbang perpecahan, dan mendorong penyelesaian perselisihan daripada perselisihan terus-menerus.