Senin, 3 Mei 2021 5:39:57 WIB
Faktor di Balik Lonjakan Infeksi Corona di India Terungkap
Sosial Budaya
Kinar Lestari
Ilustrasi penduduk India mengenakan masker di tengah lonjakan kasus infeksi virus corona. (AP/Anupam Nath)
Sejumlah ilmuwan India mengatakan pemerintah mengabaikan peringatan dari mereka mengenai bahaya virus corona (Covid-19) mutasi yang lebih ganas, B.1.617.http://cnnindonesia.com
\r\n\r\nTerlepas dari peringatan itu, empat ilmuwan tergabung dalam Konsorsium Genetika SARS-CoV-2 (INSACOG) mengatakan pemerintah India tidak berusaha memberlakukan pembatasan skala besar untuk menghentikan laju penularan virus, meski sudah dipaparkan tentang bahaya virus corona mutasi itu.
\r\n\r\nPeringatan tentang varian baru diterbitkan INSACOG pada awal Maret. Menurut seorang ilmuwan yang mengetahui masalah itu, hasil penelitian kemudian disampaikan kepada pejabat tinggi pemerintah yang melapor ke Perdana Menteri Narendra Modi.
\r\n\r\nAkan tetapi, pemerintahan Modi belum memberi tanggapan mengenai laporan itu.
\r\n\r\nINSACOG dibentuk sebagai forum penasehat ilmiah oleh pemerintah India khusus untuk mendeteksi varian genom virus corona yang berpotensi mengancam kesehatan masyarakat, pada Desember 2020 lalu. Forum itu menggandeng 10 laboratorium nasional yang diandalkan dalam mempelajari varian virus corona.
\r\n\r\nDirektur Institute of Life Sciences sekaligus anggota INSACOG, Ajay Parida, mengatakan pihaknya mendeteksi virus B.1.617 pada awal Februari lalu.
\r\n\r\nForum ilmuwan itu melapor temuannya ke Pusat Pengendalian Penyakit Nasional (NCDC) Kementerian Kesehatan India sebelum 10 Maret. INSACOG memperingatkan infeksi dapat meningkat dengan cepat di beberapa negara bagian akibat penyebaran virus itu.
\r\n\r\nPada saat itu, INSACOG mulai menyusun keterangan pers untuk Kementerian Kesehatan. Isinya menguraikan temuan yakni virus varian baru India memiliki dua mutasi signifikan pada bagian virus yang menempel pada sel manusia, dan saat dilacak menjangkiti 15 persen hingga 20 persen penduduk di Maharashtra, salah satu negara bagian India yang paling parah terdampak pandemi corona.
\r\n\r\nDalam keterangan pers itu, para ilmuwan menuliskan mutasi dari varian virus India, yakni E484Q dan L452R, patut diwaspadai.
\r\n\r\nSebab, virus itu dapat bermutasi dengan lebih mudah memasuki sel manusia dan melawan respons kekebalan seseorang terhadapnya.
\r\n\r\nPemerintah India baru mempublikasikan temuan itu dua pekan kemudian, yakni pada 24 Maret, tetapi tidak memasukkan kata-kata supaya virus itu patut diwaspadai. Pemerintah saat itu menyatakan untuk mencegah penyebaran varian baru virus corona itu hanya dengan dua cara, yakni meningkatkan jumlah pemeriksaan dan karantina.
\r\n\r\nMemang sejak itu jumlah pemeriksaan virus corona di India bertambah sampai 1.9 juta sampel per hari.
\r\n\r\nKetua Dewan Penasehat INSACOG, Shaheed Jameel, mengatakan prihatin dengan sikap pemerintah yang tidak mempertimbangkan bukti ilmiah saat menetapkan kebijakan.
\r\n\r\n"Kebijakan harus didasarkan pada bukti dan bukan sebaliknya. Saya khawatir pembuatan kebijakan tidak berdasarkan ilmu pengetahuan. Namun, saya tahu dimana batas saya harus berhenti. Sebagai ilmuwan, kami memberikan bukti, pembuatan kebijakan adalah tugas pemerintah," kata Jameel, seperti dilansir Reuters, Senin (3/5).
\r\n\r\nDirektur pusat penelitian di India mengatakan draf rilis pers itu dikirim ke Sekretaris Kabinet Rajiv Gauba, yang melapor langsung kepada Modi.
\r\n\r\nReuters sudah menghubungi Gauba untuk meminta konfirmasi. Namun, yang bersangkutan tak memberi tanggapan, sehingga belum diketahui apakah temuan itu sampai ke telinga Modi.
Komentar
Berita Lainnya
Impian Ren Zhe menggabungkan budaya melalui karyanya Sosial Budaya
Selasa, 4 Oktober 2022 17:3:36 WIB
TING BAATAR Delegasi yang mengabdikan diri untuk membantu orang Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 17:36:8 WIB
Kanal Besar Menyaksikan Perubahan Hangzhou dari Pusat Industri Menjadi Permata Budaya Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 20:44:15 WIB
Demam Bersepeda Perkotaan Mencerminkan Pembangunan Yang direncanakan, Beralih ke Gaya Hidup Hijau Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 21:3:58 WIB
Bali memperingati Maulid Nabi 1444 H dengan menampilkan Tari Rodat Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 13:18:8 WIB
Pelestarian Lingkungan Sungai Yangtze Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB
Meningkatnya Populasi panda penangkaran global Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:28:3 WIB
80 Persen kapas di Petik oleh Mesin Pemanen di Xinjiang Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:32:41 WIB
Musik Tradisional di Kota Es Harbin Daya Tarik Wisata Global Sosial Budaya
Selasa, 18 Oktober 2022 22:53:38 WIB
Transformasi Bekas Kompleks Industri di Liaoning Menjadi Taman Budaya Sosial Budaya
Rabu, 19 Oktober 2022 10:28:48 WIB
Hong Kong Freespace Jazz Fest hadir kembali, menampilkan Jill Vidal, Eugene Pao dan Ted Lo Sosial Budaya
Senin, 24 Oktober 2022 18:0:34 WIB
Perlindungan Digital Pada Situs Gua Berusia 1600 tahun Di Kota Zhangye Sosial Budaya
Jumat, 28 Oktober 2022 12:8:17 WIB
Situs Warisan Budaya, Memperkokoh Kepercayaan Bangsa Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 8:21:51 WIB
Hari Kota Sedunia dirayakan di Shanghai Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB
Wang Yaping: Impian Terbesarku adalah Kembali Terbang ke Luar Angkasa Sosial Budaya
Jumat, 4 November 2022 18:6:41 WIB