BEIJING, Radio Bharata Online - Maskapai penerbangan Tiongkok melakukan upaya perekrutan besar-besaran dalam lebih dari tiga tahun, menyusul rebound perjalanan. Maskapai menghadapi banjir pelamar untuk posisi awak kabin, karena lulusan universitas Fresh Graduate lebih memilih karir yang menjanjikan gaji tinggi di pasar kerja.

Berbeda dengan negara-negara Barat, di mana peran awak kabin bergaji relatif rendah dan sebagian besar tidak memerlukan gelar universitas, menjadi pramugari di Tiongkok biasanya membutuhkan gelar sarjana, dan sebaiknya lulus ujian bahasa Inggris yang dikelola pemerintah.

Menurut data dari Civil Aviation Administration of China (CAAC), selama pandemi, jumlah total pramugari di Tiongkok turun sekitar 11.000, atau turun 11 persen dari tahun 2019 sebanyak 108.955.

Operator penerbangan, termasuk Xiamen Airlines, China Southern Airlines dan Spring Airlines, saat ini sedang melakukan perekrutan, karena perjalanan domestik telah pulih, dan mereka berencana untuk melanjutkan penerbangan ke tujuan internasional yang populer.

Maskapai dapat leluasa memilih dari jumlah pelamar yang sangat banyak, pada saat rekor 11,58 juta lulusan perguruan tinggi akan memasuki pasar kerja.

Menurut Reuters, Hainan Airlines, yang berencana mempekerjakan lebih dari 1.000 pramugari tahun ini, telah menerima lebih dari 20.000 lamaran.

Bursa kerja yang digelar di Jinan pada bulan Februari, telah menarik 900 kandidat, dan perusahaan hanya mempekerjakan 60 orang.

China Southern Airlines, yang berencana mempekerjakan 3.000 awak kabin tahun ini, mengatakan sudah memiliki lebih dari tujuh kali lebih banyak pelamar pada akhir Desember.

Li Hanming, seorang ahli independen di industri penerbangan Tiongkok mengatakan, selalu ada sejumlah besar anak perempuan dan laki-laki muda, yang menginginkan pekerjaan ini, karena pendapatannya antara 10.000 sampai 20.000 yuan (USD 1.450 sampai USD 2.900) sebulan, dan sudah pasti mereka akan berkesempatan untuk terbang keliling dunia. (CNA)