Rabu, 15 Januari 2025 12:8:18 WIB
Pejabat: Bank Sentral Tiongkok Hentikan Pembelian Obligasi Pemerintah untuk Stabilkan Pasar Obligasi
Ekonomi
Eko Satrio Wibowo
Zou Lan, Kepala Departemen Kebijakan Moneter PBOC (CMG)
Beijing, Radio Bharata Online - Keputusan untuk menangguhkan sementara pembelian obligasi pemerintah di pasar terbuka oleh bank sentral Tiongkok ditujukan untuk menstabilkan pasar obligasi, kata seorang pejabat Tiongkok pada hari Selasa (14/1).
Bank Rakyat Tiongkok atau People's Bank of China (PBOC) mengumumkan pada hari Jum'at (10/1) bahwa mereka telah memutuskan untuk menangguhkan sementara pembelian obligasi pemerintah di pasar terbuka mulai bulan ini, seraya menambahkan bahwa pembelian obligasi akan dilanjutkan pada waktu yang tepat sesuai dengan situasi penawaran dan permintaan.
Menanggapi pertanyaan tentang penurunan imbal hasil obligasi pemerintah Tiongkok baru-baru ini pada konferensi pers di Beijing, Zou Lan, Kepala Departemen Kebijakan Moneter PBOC, menyatakan keyakinannya terhadap ekonomi negara tersebut, dengan mengatakan bahwa ekspektasi ekonomi yang lebih baik pada akhirnya akan tercermin dalam imbal hasil obligasi pemerintah.
Meningkatnya imbal hasil obligasi menunjukkan penurunan permintaan dan penurunan harga di pasar sekunder untuk obligasi pemerintah, yang berarti investor optimis terhadap ekonomi dan lebih menyukai investasi berisiko tinggi dan berhadiah tinggi, sementara imbal hasil yang turun menunjukkan sebaliknya.
"Sejak 2024, ekonomi Tiongkok telah pulih di tengah fluktuasi. Terutama sejak September, ekspektasi pasar dan kepercayaan sosial telah meningkat secara signifikan. Tiongkok diharapkan dapat mencapai target pertumbuhan tahunan sekitar lima persen. Konferensi Kerja Ekonomi Pusat baru-baru ini juga memperjelas bahwa kebijakan makro yang lebih proaktif harus diterapkan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil. Ekspektasi ekonomi yang membaik pada akhirnya akan tercermin dalam imbal hasil obligasi negara," ujar Zou.
Pejabat tersebut menguraikan risiko perdagangan obligasi negara di pasar sekunder.
"Obligasi negara mewakili kredit negara. Jika investor menahannya hingga jatuh tempo, mereka pasti akan menerima pokok dan bunga yang disepakati tanpa risiko kredit apa pun. Oleh karena itu, obligasi negara biasanya dianggap sebagai aset yang aman. Namun, karena tingkat kupon obligasi negara jangka panjang bersifat tetap, perubahan ekspektasi pasar terhadap tingkat tersebut akan menyebabkan fluktuasi harga perdagangan di pasar sekunder, dan terkadang fluktuasinya bisa relatif besar. Jadi, berinvestasi pada obligasi negara bukannya tanpa risiko," katanya.
Zou mengatakan pasar obligasi Tiongkok masih relatif baru, sehingga banyak investor, terutama masyarakat umum, tidak menyadari adanya risiko tersembunyi dalam perdagangan obligasi negara, yang mendorong PBOC menghentikan pembelian obligasi untuk mempersempit kesenjangan antara penawaran dan permintaan serta mendinginkan pasar.
"PBOC telah memperkuat manajemen makroprudensial, berulang kali memperingatkan tentang risiko, memperketat pengawasan pasar, dan menangguhkan operasi pembelian di pasar sekunder serta menggunakan instrumen lain untuk memasok likuiditas selama periode ketika lebih sedikit obligasi yang diterbitkan di pasar primer, agar tidak memengaruhi permintaan investor dan memperburuk ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan serta fluktuasi pasar. Tujuannya adalah untuk memastikan perkembangan pasar obligasi jangka panjang dan stabil," jelasnya.
Komentar
Berita Lainnya
Investasi Banyak Masuk ke Jateng, Ganjar: Tingkat Layanan Kita Sangat Serius Ekonomi
Selasa, 4 Oktober 2022 18:8:39 WIB
Perdagangan Jerman mengalahkan ekspektasi pada Agustus , meski ekonomi melambat Ekonomi
Rabu, 5 Oktober 2022 18:2:24 WIB
Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi
Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB
Pakar: Tren konsumsi sehat mencerminkan kepercayaan konsumen yang kuat Ekonomi
Jumat, 7 Oktober 2022 19:14:0 WIB
Perkiraan uang penjualan pembuat chip TSMC, persaingan melambat Ekonomi
Jumat, 7 Oktober 2022 19:44:54 WIB
Mentan-Menkeu G20 & Bank Dunia Kumpul di AS, Cari Solusi Atasi Krisis Pangan Ekonomi
Rabu, 12 Oktober 2022 9:9:53 WIB
Lebih dari Setengah Mobil Baru akan Menggunakan Listrik pada Tahun 2025 Ekonomi
Kamis, 13 Oktober 2022 21:21:32 WIB
Tibet Melihat Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Tahunan Dua Digit Ekonomi
Kamis, 13 Oktober 2022 21:23:14 WIB
Gara-gara Hujan, Petani Risau Harga Cabai dan Beras Naik Ekonomi
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:37:6 WIB
PLN: Infrastruktur Listrik Kereta Cepat Rampung Juni 2023 Ekonomi
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:43:54 WIB
Antisipasi Resesi Gelap, Sandiaga Uno: Perkuat UMKM dan Kolaborai Ekonomi
Minggu, 16 Oktober 2022 18:8:23 WIB
Huawei akan mendirikan pusat layanan cloud Eropa pertama di Irlandia Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 10:1:4 WIB
14 Negara Tandatangani 100 Kerja Sama Dagang dengan Indonesia Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 15:36:8 WIB
Sri Mulyani Pede Ekonomi RI Tembus 5,5 Persen pada Kuartal III 2022 Ekonomi
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:45:9 WIB