Senin, 12 Desember 2022 10:55:15 WIB

Erdogan dan Putin Bahas Koridor Perbatasan Suriah Melalui Telepon
International

Endro

banner

Erdoğan dan Putin, Kedua pemimpin sering mengadakan diskusi selama bertahun-tahun [File: Pers/Handout presiden Turki melalui AFP]

JAKARTA, Radio Bharata Online - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah melakukan percakapan telepon dengan mitranya dari Rusia, Presiden Vladimir Putin, di mana ia membahas koridor keamanan sepanjang 30 kilometer di perbatasan Turki dengan Suriah.

Kedua pemimpin juga membahas pasokan biji-bijian, dan potensi pusat gas regional di Turki, pada Minggu, 11 Desember 2022.

Dalam sebuah pernyataan, kantor Erdogan menegaskan kembali  pentingnya untuk menciptakan zona penyangga di Suriah utara, sesuai dengan perjanjian 2019 antara Turki dan Rusia, yang merupakan pendukung utama Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Seruan itu datang, tiga minggu setelah Turki melancarkan serangan udara dan artileri di Suriah dan Irak, menyusul ledakan di Istanbul pada 13 November yang menewaskan enam orang, dan melukai puluhan lainnya.

Ankara menuduh Partai Pekerja Kurdistan yang dilarang beserta semua afiliasinya di Suriah, dan Unit Perlindungan Rakyat atau YPG, sebagai yang bertanggung jawab atas ledakan 13 November.  Namun Kedua kelompok yang dianggap teroris oleh Turki, membantah terlibat.

Di bawah kesepakatan 2019 yang ditandatangani dengan Turki, Rusia berjanji untuk membangun zona penyangga, antara perbatasan Turki dan pasukan YPG yang akan dikendalikan oleh tentara Suriah dan polisi militer Rusia.

Perjanjian tersebut tidak sepenuhnya dilaksanakan, meskipun pasukan pemerintah Rusia dan Suriah hadir di wilayah perbatasan, serta beberapa pasukan Amerika Serikat.

Rusia telah bekerja sama erat dengan Turki di Suriah utara di masa lalu, dan dalam beberapa bulan terakhir telah mendorong rekonsiliasi antara Ankara dan Damaskus. Dalam beberapa pekan terakhir, Turki mengancam akan menindaklanjuti serangan di Suriah utara dengan serangan darat.

Turki, sementara itu, telah bertindak sebagai mediator dengan PBB, dalam kesepakatan yang menjamin ekspor biji-bijian dari Ukraina dan Rusia yang dilanda perang.

Dalam panggilan telpon tersebut, Erdogan mengatakan, Ankara dan Moskow dapat mulai bekerja untuk mengekspor produk makanan dan komoditas lainnya, melalui koridor biji-bijian Laut Hitam.

Kantor kepresidenan Turki pada hari Minggu menyebutkan, Presiden Erdogan menyatakan keinginan tulusnya, untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina secepat mungkin.

Rusia telah mendesak PBB untuk mendorong negara-negara Barat mencabut beberapa sanksi yang dijatuhkan padanya, setelah menginvasi Ukraina pada bulan Februari.

Dikatakan, pencabutan sanksi akan memastikannya dapat dengan bebas mengekspor pupuk dan produk pertaniannya, sebagai bagian dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam, yang menurut Moskow belum dilaksanakan.

Dalam sebuah pernyataan, Kremlin mengatakan, Kesepakatan itu bersifat kompleks, yang membutuhkan penghapusan hambatan pasokan yang relevan dari Rusia, untuk memenuhi permintaan negara-negara yang paling membutuhkan.

Ditambahkan bahwa Putin dan Erdogan, juga membahas inisiatif untuk membuat pangkalan di Turki untuk ekspor gas alam Rusia.

Putin mengusulkan gagasan itu pada bulan Oktober, sebagai sarana untuk mengalihkan pasokan dari pipa Nord Stream Rusia ke Eropa, yang rusak akibat ledakan pada bulan September. Dan Erdogan telah mendukung konsep tersebut. (Al Jazeera)

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner