Rabu, 29 Maret 2023 10:35:23 WIB
Ahli: Tiongkok Bisa Jadi Motor Pertumbuhan yang Menggerakkan Ekonomi Global
Ekonomi
Eko Satrio Wibowo
Christian Mumenthaler, CEO Swiss Re Group (CMG)
Beijing, Radio Bharata Online - Seorang pakar ekonomi dari Swiss mengatakan Tiongkok dapat berfungsi sebagai "motor pertumbuhan" untuk mendorong ekonomi global kembali ke jalurnya dari kemerosotan keuangan.
Christian Mumenthaler, CEO Swiss Re Group, sebuah perusahaan reasuransi besar yang berbasis di Zurich, adalah salah satu dari banyak tokoh bisnis global terkemuka yang berada di Beijing untuk menghadiri China Development Forum 2023, yang ditutup pada hari Senin (27/3) lalu.
Di saat Tiongkok telah menetapkan target pertumbuhannya sendiri sebesar 5 persen untuk tahun ini, lembaga pemeringkat internasional, Standard and Poor's, memperkirakan PDB Tiongkok akan tumbuh sebesar 5,5 persen pada tahun 2023.
Mumenthaler juga memiliki pandangan yang lebih optimis dan yakin Tiongkok berpotensi untuk mengungguli figur konservatif pemerintah. Dia berharap negara yang dipimpin Xi Jinping itu menjadi kekuatan pendorong bagi ekonomi global yang sedang berjuang.
"Saya dapat melihat aktivitas ekonomi di mana-mana sedang booming, dan dibandingkan dengan negara lain setelah Covid, saya pikir pemulihan di Tiongkok lebih cepat dan konsumsinya menyebabkan pemulihan yang cepat. Ekonom kami bahkan lebih optimis daripada angka yang diberikan Tiongkok. Jadi menurut kami pertumbuhannya bisa 5,5 persen, tapi kami mengartikan ini juga sebagai sinyal dari pemerintah bahwa mereka menginginkan pertumbuhan yang berkualitas tinggi, bukan pertumbuhan dengan segala cara," ujarnya.
"Jadi mungkin ada konservatisme tertentu dalam angka ini. Jadi saya pikir jika kita menyelesaikan beberapa masalah yang lebih besar di seluruh dunia, jika Anda dapat kembali ke lebih banyak dialog dan konsensus, saya pikir ada peluang yang sangat bagus di sini untuk pertumbuhan yang tinggi. Ekonomi dunia akan tumbuh jauh lebih lambat, sehingga Tiongkok akan kembali menjadi motor pertumbuhan di dunia," lanjutnya.
Ketika sebagian besar pemulihan ekonomi global bergantung pada krisis yang sedang berlangsung di Ukraina, Mumenthaler yakin Tiongkok dapat memainkan peran penting dalam menyelesaikan situasi tersebut.
Dan saat krisis melewati satu tahun yang lalu di bulan Februari, Tiongkok merilis sebuah makalah yang menyatakan posisinya dalam menemukan penyelesaian politik, yang mengusulkan solusi untuk krisis yang mengatasi gejala dan akar penyebabnya, menegaskan bahwa dialog dan negosiasi adalah satu-satunya solusi yang layak untuk krisis Ukraina.
Merujuk bagaimana Tiongkok membantu menengahi kesepakatan antara Arab Saudi dan Iran, yang melihat kedua belah pihak memulihkan hubungan diplomatik awal bulan ini, Mumenthaler mencatat bahwa upaya Tiongkok untuk menghindari memburuknya situasi Ukraina lebih lanjut dapat membuka jalan bagi beberapa kemajuan dalam masalah ini.
"Saya pikir dalam semua situasi perang ini, emosi sangat tinggi di Eropa dan AS, itulah sebabnya saya pikir Tiongkok memiliki peluang terbesar untuk membantu, dan Anda (Tiongkok) sangat kuat dan Rusia mungkin mendengarkan Anda," katanya.
"Jadi, tentu saja, skenario terbaik adalah jika ada dukungan, dan kami, tentu saja, mengamati dengan sangat baik bagaimana Tiongkok telah mencapai kesepakatan damai atau membantu mencapai kesepakatan damai di tempat lain di dunia, yang merupakan sebuah sinyal dan inspirasi. Dan tentu saja ini akan menjadi sesuatu yang sangat disambut baik oleh masyarakat Eropa," imbuh Mumenthaler.
Komentar
Berita Lainnya
Investasi Banyak Masuk ke Jateng, Ganjar: Tingkat Layanan Kita Sangat Serius Ekonomi
Selasa, 4 Oktober 2022 18:8:39 WIB
Perdagangan Jerman mengalahkan ekspektasi pada Agustus , meski ekonomi melambat Ekonomi
Rabu, 5 Oktober 2022 18:2:24 WIB
Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi
Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB
Pakar: Tren konsumsi sehat mencerminkan kepercayaan konsumen yang kuat Ekonomi
Jumat, 7 Oktober 2022 19:14:0 WIB
Perkiraan uang penjualan pembuat chip TSMC, persaingan melambat Ekonomi
Jumat, 7 Oktober 2022 19:44:54 WIB
Mentan-Menkeu G20 & Bank Dunia Kumpul di AS, Cari Solusi Atasi Krisis Pangan Ekonomi
Rabu, 12 Oktober 2022 9:9:53 WIB
Lebih dari Setengah Mobil Baru akan Menggunakan Listrik pada Tahun 2025 Ekonomi
Kamis, 13 Oktober 2022 21:21:32 WIB
Tibet Melihat Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Tahunan Dua Digit Ekonomi
Kamis, 13 Oktober 2022 21:23:14 WIB
Gara-gara Hujan, Petani Risau Harga Cabai dan Beras Naik Ekonomi
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:37:6 WIB
PLN: Infrastruktur Listrik Kereta Cepat Rampung Juni 2023 Ekonomi
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:43:54 WIB
Antisipasi Resesi Gelap, Sandiaga Uno: Perkuat UMKM dan Kolaborai Ekonomi
Minggu, 16 Oktober 2022 18:8:23 WIB
Huawei akan mendirikan pusat layanan cloud Eropa pertama di Irlandia Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 10:1:4 WIB
14 Negara Tandatangani 100 Kerja Sama Dagang dengan Indonesia Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 15:36:8 WIB
Sri Mulyani Pede Ekonomi RI Tembus 5,5 Persen pada Kuartal III 2022 Ekonomi
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:45:9 WIB