Senin, 14 September 2020 8:20:24 WIB
Pada 29 Juni 2020
Indonesia
CRI Online
Sumber foto (CRI Online)
Pada 29 Juni 2020, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengeluarkan apa yang disebut pernyataan, dengan judulnya Soal Keluarga Berencana Paksa dan Sterilisasi Paksa Pemerintah Tiongkok di Xinjiang. Sementara itu, kantor berita AP merilis laporan survei yang berjudul “Tiongkok Laksanakan Pengendalian Kelahiran Paksa terhadap Penduduk Etnis Uyghur. Pernyataan Mike Pompeo maupun laporan dari kantor berita AP mengklaim pemerintah Tiongkok telah melaksanakan kebijakan sterilisasi yang ketat untuk menekan tingkat kelahiran penduduk etnis Uyghur dan etnis-etnis minoritas lainnya, dalam rangka membendung peningkatan populasi etnis-etnis minoritas secara keseluruhan. Konten relevan terutama mengutip isi dan statistik yang termuat dalam laporan penelitian yang berjudul Sterilisasi, IUDS dan Kontrol Kelahiran Paksa: Gerakan Penekanan Angka Kelahiran di Xinjiang oleh PKT yang ditulis oleh Adrian Zenz dan dipublikasikan oleh Jamestown Foundation pada Juni lalu.
Akan tetapi, klaim tersebut hanyalah mengulangi kata-kata klise yang dilontarkan yayasan dan sarjana yang berhaluan anti Tiongkok. Apa yang disebarkannya adalah berita bohong dan informasi palsu yang sama sekali tidak berdasar dengan mereka-reka fakta dan memulas data statistik. Penulis laporan tersebut, Adrian Zenz dipekerjakan oleh The Victims of Communism Memorial Foundation sayap kanan yang didukung oleh pemerintah AS. Yayasan tersebut didirikan pada 1983, dan berkali-kali memberikan apa yang disebut “Hadiah HAM” kepada kaum teroris yang berkejahatan bertubi-tubi tanpa
mengindahkan kenyataan, serta memfitnah sumbangan Tiongkok dalam pembenahan Xinjiang dan penanggulangan pandemi COVID-19. Dalam laporan itu, Adrian Zenz menganggap, sejak tahun 2015, tingkat pertumbuhan alami penduduk Xinjiang menurun tajam, di antaranya tingkat pertumbuhan alami penduduk di Hotan dan Kashqar pada tahun 2018 hanya 2,58 persen. Dia menodai kebijakan penduduk kesetaraan etnis di Xinjiang sebagai “pemusnahan ras” atau genosida. Mengenai tuduhan itu, Profesor Muda Lin Fangfei dari Akademi Politik dan Administrasi Publik Universitas Xinjiang
mengungkapkan seperti apa duduk perkara dalam artikelnya yang dirilis di situs web resmi Universitas Xinjiang pada 14 September. Berdasarkan Catatan Tahunan Statistik Xinjiang Tahun 2019, tingkat pertumbuhan alami penduduk di empat kota dan daerah Xinjiang Selatan pada tahun 2018 sebagai berikut: tingkat kelahiran di Prefektur Otonom Kizilsu Kirgiz mencapai 11,45 persen, di Aksu tercatat 5,67 persen, di Kashqar tercatat 6,93 persen, di Hotan tercatat 2,96 persen. Angka yang diambil Adrian Zenz tidak sesuai dengan kenyataan. Selain itu, dia tidak menunjukkan sumber angka yang diambilnya, maka kebenaran angka itu sangat dicurigai. Sejak tahun 2015, tingkat pertumbuhan alami penduduk Xinjiang memang relatif menurun, tapi tidak begitu “tajam” seperti apa yang dikatakan Adrian Zenz dalam laporannya. Tahun 2018, tingkat pertumbuhan alami penduduk Xinjiang tercatat 6,13 persen, lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan alami penduduk seluruh Tiongkok yaitu 3,81 persen.
Komentar
Berita Lainnya
Kegiatan interaktif tentang adat istiadat Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 15:20:17 WIB

Untuk memperkuat ketahanan pangan nasional yang berkedaulatan dan mandiri Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB

Presiden Jokowi akan membuka secara resmi acara P20 tersebut pada pukul 1300 WIB Indonesia
Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB

Biaya Perawatan Para korban tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Indonesia
Kamis, 6 Oktober 2022 14:48:18 WIB

Kapolri Jenderal Pol Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 10:59:49 WIB

Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo membeberkan kronologi tragedi di Stadion Kanjuruhan Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 11:9:42 WIB

Presiden Joko Widodo berpesan kepada dewan direksi supaya hati-hati dalam mengelola dana BPJS Ketenagakerjaan Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 14:43:21 WIB
