Selasa, 29 November 2022 9:14:16 WIB
Untuk hindari Stigma, WHO Mengganti Nama Cacar Monyet menjadi "mpox"
Kesehatan
ENdro - Radio Bharata Online
Foto yang diambil pada 30 Maret 2021 ini memperlihatkan pemandangan luar markas besar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss. (Xinhua/Chen Junxia)
JENEWA, Radio Bharata Online --- Untuk menghindari stereotip dan stigmatisasi rasis, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (28/11) resmi merekomendasikan agar sebutan virus cacar monyet diganti menjadi "mpox".
Selama masa transisi dan pengenalan satu tahun, kedua nama, baik mpox maupun monkeypox, tetap akan digunakan secara bersamaan, setelah itu sebutan monkeypox akan dihapus.
Dalam siaran persnya, WHO mengatakan, perubahan itu terjadi, setelah sejumlah individu dan negara menyampaikan keprihatinannya dalam beberapa pertemuan, dan meminta WHO mengusulkan cara untuk mengubah nama tersebut.
Masa transisi satu tahun berfungsi untuk mengurangi kekhawatiran para ahli, tentang kebingungan yang disebabkan oleh perubahan sebutan nama di tengah wabah global. Ini juga memberi waktu untuk menyelesaikan proses pembaruan Klasifikasi Penyakit Internasional, dan untuk memperbarui publikasi WHO.
Pada bulan Juli lalu, WHO secara resmi menyatakan, wabah cacar monyet multi-negara di luar daerah endemik tradisionalnya di Afrika, sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Ini adalah tingkat kewaspadaan tertinggi yang dapat dikeluarkan oleh otoritas kesehatan global.
Menetapkan nama penyakit baru dan yang sudah ada melalui proses konsultatif, merupakan kewajiban WHO, yang melibatkan negara-negara anggotanya. Konsultasi tentang cacar monyet sendiri telah melibatkan perwakilan dari otoritas pemerintah dari 45 negara yang berbeda.
Menurut WHO, hingga Sabtu (26/11), 110 negara anggota telah melaporkan 81.107 kasus yang dikonfirmasi, dan 1.526 suspect, termasuk 55 kematian.
Sebagian besar kasus yang dilaporkan dalam empat minggu terakhir berasal dari Amerika (92,3 persen) dan Eropa (5,8 persen). Sementara jumlah kasus baru mingguan yang dilaporkan secara global menurun sebesar 46,1 persen. (Xinhua)
Komentar
Berita Lainnya
BPOM Temukan 718.791 Vitamin Ilegal Dijual di Online Shop Selama Pandemi Covid-19 Kesehatan
Kamis, 6 Oktober 2022 13:37:0 WIB
Singapura Hadapi Subvarian Omicron Baru XBB, Harian Naik Lagi 9 Ribu Kasus Kesehatan
Senin, 17 Oktober 2022 10:23:40 WIB
Jokowi: 80 Persen Vaksin COVID-19 yang Digunakan Indonesia Berasal dari RRT Kesehatan
Senin, 17 Oktober 2022 13:43:44 WIB
Wanita dengan Dada Besar Lebih Gampang Kena Kanker Payudara? Kesehatan
Selasa, 18 Oktober 2022 9:49:9 WIB
Kemenkes: Apotek-Nakes Setop Sementara Obat Sirup! Kesehatan
Rabu, 19 Oktober 2022 8:56:53 WIB
Daftar Obat Sirup yang Dilarang dan Ditarik BPOM Kesehatan
Jumat, 21 Oktober 2022 10:15:51 WIB
Kemenkes: Omicron XBB Terdeteksi di Indonesia Kesehatan
Minggu, 23 Oktober 2022 16:42:29 WIB
Shanghai Mulai Berikan Vaksin Booster COVID-19 yang Dihirup Kesehatan
Rabu, 26 Oktober 2022 16:8:34 WIB
Pemerintah Gratiskan Biaya Pengobatan Pasien Gagal Ginjal Akut Kesehatan
Rabu, 26 Oktober 2022 16:21:29 WIB
WHO Rilis Peringatan 8 Obat Sirup yang Dilarang BPOM RI Kesehatan
Jumat, 4 November 2022 15:32:48 WIB
Corona Kembali Meningkat, Pemerintah Prediksi Puncaknya 1-2 Bulan Lagi Kesehatan
Jumat, 4 November 2022 18:46:33 WIB
5 Kebiasaan Penyebab Sariawan, Bukan Kurang Makan Buah Kesehatan
Sabtu, 5 November 2022 7:23:52 WIB
5 Sarapan Bergizi untuk Menurunkan Berat Badan Kesehatan
Minggu, 6 November 2022 7:42:35 WIB
Vaksin Covid-19 Direkomendasikan Jadi Imunisasi Rutin Kesehatan
Minggu, 6 November 2022 7:47:25 WIB
Delta Sungai Yangtze Tingkatkan integrasi melalui digitalisasi Kesehatan
Sabtu, 27 Agustus 2022 1:59:36 WIB