Rabu, 11 Januari 2023 10:3:15 WIB

Simulasi Perang Menghasut Campur Tangan AS di Selat Taiwan
Teknologi

Endro

banner

Kapal pendarat dermaga amfibi Wuzhishan (Hull 987), Kunlunshan (Hull 998) dan Changbaishan (Hull 989) melekat pada armada kapal pendarat dengan angkatan laut di bawah Komando Teater Selatan PLA yang berlayar di perairan Laut Tiongkok Selatan selama pelatihan maritim latihan pada 18 November 2020. (eng.chinamil.com.cn/Foto oleh Liu Jian)

BEIJING, Radio Bharata Online – Lembaga pemikir AS mengatakan, simulasi menunjukkan AS, Jepang, dan pulau Taiwan akan menderita kerugian besar dalam menghadapi Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA), jika konflik pecah di Selat Taiwan pada tahun 2026.

Menurut para analis, dari sudut pandang teknis, simulasi itu bias, dan diatur di bawah skenario angan-angan, karena mereka meremehkan kemampuan PLA dan melebih-lebihkan pasukan AS dan Jepang.

CNN melaporkan pada hari Senin, setelah Center for Strategic and International Studies (CSIS) menjalankan permainan perang ini sebanyak 24 kali, menunjukkan bahwa, jika Tiongkok daratan meluncurkan operasi penyatuan kembali di pulau Taiwan pada tahun 2026, itu akan mengakibatkan ribuan korban, di antara pasukan Tiongkok daratan, AS, Jepang dan Taiwan, serta kemungkinan AS akan meninggalkan Tiongkok dalam keadaan lumpuh.

Dalam simulasi tersebut, AS dan Jepang kehilangan puluhan kapal, ratusan pesawat, dan ribuan anggota dinas, yang akan merusak posisi global AS selama bertahun-tahun.

CSIS juga memperkirakan kerugian dua kapal induk bertenaga nuklir AS, pesawat tempur, dan kehancuran pulau Taiwan disebagian besar skenarionya.

Laporan itu mengklaim, Daratan Tiongkok juga akan sangat menderita, kehilangan sekitar 10.000 tentara, 155 pesawat tempur, dan 138 kapal.

Pakar militer yang berbasis di Beijing, Wei Dongxu, kepada Global Times pada hari Selasa mengatakan, simulasi permainan perang semacam itu sama sekali tidak profesional.  Tidak mungkin bagi think tank AS untuk mendapatkan akses data ke pengerahan pasukan PLA, dan spesifikasi peralatan secara rinci, sehingga data yang digunakan dalam simulasi, jelas bias dan hanya angan-angan.

Misalnya, lembaga think tank itu hanya memprediksi tenggelamnya dua kapal induk bertenaga nuklir AS. Menurut Wei, itu angka yang terlalu kecil, mengingat kemampuan serangan rudal PLA yang bekerja bersama-sama dengan angkatan laut dan udara.

Wi menjelaskan, PLA mengoperasikan rudal balistik berkecepatan hipersonik anti-kapal DF-21D dan DF-26, yang mampu menyerang target maritim bergerak seperti kapal induk, yang tidak memiliki pertahanan. (Global Times)

Komentar

Berita Lainnya

Prioritas Agenda Kerja Sama Tiongkok-ASEAN Teknologi

Selasa, 3 November 2020 9:58:24 WIB

banner
CMG Siap Beritakan CIIE ke-3 Teknologi

Rabu, 4 November 2020 1:22:22 WIB

banner
Han Zheng Hadiri Upacara Pembukaan CIIE Ke-3 Teknologi

Jumat, 6 November 2020 1:14:28 WIB

banner
Tiongkok Gelar Harbolnas Terbesar di Dunia Teknologi

Selasa, 10 November 2020 19:55:39 WIB

banner