Kamis, 23 Maret 2023 9:57:48 WIB

Ahli Tiongkok Kritik Aksi Sepihak Jepang Buang Air Limbah Nuklir ke Laut
International

Eko Satrio Wibowo

banner

Li Chijiang, Sekretaris Jenderal China Arms Control and Disarmament Association (CMG)

Beijing, Radio Bharata Online - Tindakan Jepang yang secara sepihak membuang berton-ton air limbah nuklir yang terkontaminasi dari pabrik Fukushima Daiichi yang hancur ke Samudera Pasifik pada musim semi atau musim panas tanpa dukungan dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dinilai sangat tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diterima. 

Pernyataan itu dikemukakan oleh Li Chijiang, Sekretaris Jenderal China Arms Control and Disarmament Association pada hari Rabu (22/3). 

"Dalam kasus Fukushima, air pendingin bersentuhan langsung dengan bahan bakar nuklir, sehingga menghasilkan berbagai nuklida termasuk plutonium beracun. Di pembangkit listrik tenaga nuklir normal, air tidak bersentuhan langsung dengan bahan bakar nuklir, dan ada banyak pelindung dan langkah-langkah isolasi. Oleh karena itu, air limbah nuklir normal tidak mengandung nuklida selain tritium," ujarnya. 

IAEA mengatakan bulan lalu akan menerbitkan laporan pada bulan April yang merinci temuan misinya guna meninjau rencana pemerintah Jepang untuk melepaskan air radioaktif yang terkontaminasi ke laut. Namun, pemerintah Jepang berulang kali mengklaim bahwa rencananya telah mendapat dukungan dari IAEA.

"Jepang telah berulang kali mengklaim bahwa rencana tersebut didukung oleh IAEA, tetapi itu tidak benar. Pertama-tama, IAEA masih melakukan peninjauan dan evaluasi terhadap rencana pembuangan air limbah nuklir Jepang, dan belum ada kesimpulan akhir yang dicapai. Sebaliknya, itu telah menunjukkan dalam laporan sebelumnya bahwa ada banyak masalah dalam rencana pemulangan Jepang yang perlu diperbaiki," lanjut Li. 

"Kedua, IAEA juga telah mengajukan sejumlah pertanyaan tentang keandalan dan keakuratan data yang diberikan oleh pihak Jepang, yang memerlukan tanggapan serius dari Jepang. Jepang tidak boleh secara sepihak menginterpretasikan laporan pakar atau laporan penilaian IAEA. Secara khusus, Jepang tidak boleh dengan sengaja mencari pengesahan laporan IAEA terkait untuk rencana pemulangannya," imbuhnya.

Pada tanggal 11 Maret 2011, gempa berkekuatan 9,0 melanda lepas pantai Prefektur Fukushima di Jepang. Tsunami yang dipicu gempa itu telah menghancurkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi dan menyebabkan krisis nuklir terburuk sejak Chernobyl.

Pemerintah Jepang pada April 2021 memutuskan bahwa air yang terkontaminasi harus dibuang ke laut, dan mengklaim kekurangan ruang untuk memasang lebih banyak tangki penyimpanan.

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner