Kamis, 30 Maret 2023 11:42:55 WIB
Pakar: 'KTT untuk Demokrasi' Jadi Senjata AS untuk Manipulasi Opini Publik
International
Eko Satrio Wibowo
Alexander Ershov, peneliti di Pusat Sejarah Kontemporer Tiongkok dan Hubungannya dengan Rusia (CMG)
Moskow, Radio Bharata Online - Seorang pakar sejarah kontemporer Tiongkok pada hari Rabu (29/3) mengatakan bahwa AS, yang menjadi tuan rumah bersama 'KTT untuk Demokrasi' minggu ini sebenarnya adalah senjata untuk memanipulasi opini publik, di mana AS bertujuan untuk memanipulasi opini publik dan memicu konfrontasi.
Alexander Ershov, peneliti di Pusat Sejarah Kontemporer Tiongkok dan Hubungannya dengan Rusia di bawah Institut Tiongkok dan Asia Kontemporer dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, membagikan pandangannya tentang definisi demokrasi, dan memuji Tiongkok sebagai negara yang benar-benar bebas dan demokratis.
"Apa itu demokrasi? Negara mana yang demokratis? Negara mana yang tidak demokratis? Pada akhirnya, demokrasi berarti bahwa orang memiliki hak dasar dan dapat menggunakan hak-hak ini, mengekspresikan diri dan berpartisipasi secara efektif dalam pemerintahan negara," ujarnya.
"Di sisi lain, demokrasi biasanya tergantung pada tingkat perkembangan masyarakat dan tingkat perkembangan tradisi lokal dan nilai-nilai tertentu. Tiongkok adalah negara yang mampu secara mandiri menerapkan kebijakan luar negerinya sendiri, negara yang secara aktif menanggapi masalah sosialnya sendiri dan negara yang memang menangani kebutuhan rakyatnya. Tidak ada keraguan bahwa negara seperti itu adalah negara yang benar-benar bebas dan demokratis," lanjutnya.
Ershov mengklaim bahwa 'KTT untuk Demokrasi' yang diselenggarakan minggu ini oleh AS hanyalah senjata untuk memanipulasi opini publik dan digunakan oleh AS untuk melawan perang opini publik.
"Definisi demokrasi (di banyak negara) sebagian besar bersifat politis. Untuk waktu yang lama, otoritas AS mengatasnamakan demokrasi dan menggunakannya untuk menekan negara dan orang yang tidak mereka sukai. Oleh karena itu, KTT untuk Demokrasi yang dipegang oleh AS dan semua aktivitas serupa murni memiliki bias ideologis," jelasnya.
"Dengan mengorganisir beberapa orang atau kelompok untuk secara teratur mengungkapkan pendapat mereka dalam aktivitas tertentu, mereka ingin menciptakan pengaruh opini publik, mengklaim bahwa semuanya tidak baik di Tiongkok dan orang-orang di sana tidak memiliki kebebasan sama sekali. Jadi itu hanya senjata untuk memanipulasi opini publik dan KTT semacam itu hanyalah bentuk perang opini publik yang memprovokasi," tegasnya.
Komentar
Berita Lainnya
Politisi Jerman Kritik Parlemen Eropa karena Tetap Operasikan Dua Kompleksnya di Tengah Krisis Energi International
Jumat, 7 Oktober 2022 8:37:55 WIB
Patung Kepala Naga dari Batu Pasir Berusia Ratusan Tahun Ditemukan di Taman Angkor Kamboja International
Jumat, 7 Oktober 2022 16:2:20 WIB
Tiga Ekonom Internasional Raih Hadiah Nobel Ekonomi 2022 International
Selasa, 11 Oktober 2022 12:41:19 WIB
Peng Liyuan serukan upaya global untuk meningkatkan pendidikan bagi anak perempuan International
Rabu, 12 Oktober 2022 8:34:27 WIB
Sekjen PBB Serukan Cakupan Sistem Peringatan Dini Universal untuk Bencana Iklim International
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:59:46 WIB
Jokowi Puji Kepemimpinan Xi Jinping: Dekat dengan Rakyat, Memahami Betul Masalah yang Dihadapi Rakyat International
Senin, 17 Oktober 2022 13:29:21 WIB
Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International
Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB
Australia Janji Pasok Senjata Buat Indonesia International
Jumat, 21 Oktober 2022 9:11:43 WIB
AS Pertimbangkan Produksi Senjata Bersama Taiwan International
Sabtu, 22 Oktober 2022 9:6:52 WIB
Pemimpin Sayap Kanan Giorgia Meloni Jadi PM Wanita Pertama Italia International
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:57:58 WIB
Krisis Di Inggris Membuat Jutaan Warga Sengaja Tidak Makan Biar Hemat International
Minggu, 23 Oktober 2022 7:54:8 WIB
Gunung Kilimanjaro di Tanzania Dilanda Kebakaran International
Minggu, 23 Oktober 2022 15:24:53 WIB
Para Pemimpin Negara Ucapkan Selamat atas Terpilihnya Kembali Xi Jinping International
Senin, 24 Oktober 2022 11:47:39 WIB
Menlu ASEAN Akan Gelar Pertemuan Khusus di Indonesia Bahas Myanmar International
Senin, 24 Oktober 2022 16:57:17 WIB
Konser di Myanmar Berubah Menjadi Horor Saat Serangan Udara Militer Tewaskan Sedikitnya 60 Orang International
Selasa, 25 Oktober 2022 10:2:29 WIB