Rabu, 23 November 2022 13:0:49 WIB
Sekjen NATO Memuji Kontrol Tiongkok, saat Eropa Berdebat soal Arah Kebijakan
International
Endro - Radio Bharata Online
Sekjen NATO Jens Stoltenberg. Foto: VCG
MADRID, Radio Bharata Online - Ketika lebih banyak pemimpin Eropa mencari interaksi yang lebih dekat dengan Tiongkok di tengah masa sulit, dan analis mengkritik NATO dan AS karena melibatkan Uni Eropa untuk melayani tujuan strategis AS, Sekjen NATO Jens Stoltelberg justru mengintensifkan retorika, mendorong upaya Tiongkok untuk mengendalikan infrastruktur dan kunci industri, dengan tujuan mempererat persatuan.
Reuters melaporkan, selama kunjungan ke Spanyol, Stoltenberg memperingatkan tentang meningkatnya upaya Tiongkok untuk mengendalikan infrastruktur penting, rantai pasokan dan sektor industri utama. Dan dia juga mengatakan negara-negara Barat harus berhati-hati untuk tidak menciptakan ketergantungan baru pada Tiongkok, karena mereka sedang berusaha melepaskan diri dari Pasokan energi Rusia, di tengah konflik antara Rusia dan Ukraina.
Sambil mendesak sekutu untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dan infrastruktur mereka, Stoltenberg juga mengatakan bahwa mineral tanah jarang Tiongkok ada di mana-mana, termasuk di ponsel, mobil, dan peralatan militer.
Ini bukan pertama kalinya bagi Sekjen NATO untuk menggembar-gemborkan apa yang disebut kontrol Tiongkok, terutama setelah NATO menggambarkan Tiongkok sebagai tantangan, bagi kepentingan, keamanan, dan nilai aliansi militer.
Cui Hongjian, direktur Departemen Studi Eropa di Study Institut International China kepada Global Times mengatakan, latar belakang di balik pernyataan Stoltenberg adalah diskusi yang sedang berlangsung di Eropa dan Barat, tentang apakah kebijakan Tiongkok harus lebih menekankan pada kerja sama atau konfrontasi. Beberapa negara Uni Eropa berpendapat bahwa memisahkan diri atau berkonflik dengan Tiongkok, bukanlah kepentingan terbaik mereka, dan dapat menjerumuskan mereka ke dalam bencana.
Stoltenberg berusaha untuk memimpin arah perdebatan kebijakan, terutama ketika para pemimpin dari beberapa negara besar Eropa, termasuk Jerman dan Prancis, telah bertemu atau berencana untuk lebih terlibat dengan pemimpin tertinggi Tiongkok. Cui berharap interaksi tingkat tinggi antara Tiongkok dan Eropa dapat memajukan kerja sama bilateral ke tingkat yang baru.
Pada awal November, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengunjungi Tiongkok dengan delegasi pemimpin bisnis senior. Kemudian pada 15 November, Presiden Tiongkok Xi Jinping bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di sela-sela KTT G20 di Bali, Indonesia.
Dengan membahas dugaan kontrol Tiongkok pada infrastruktur dan rantai pasokan, menurut pakar menunjukkan bahwa NATO sedang memperluas agendanya ke bidang non-keamanan.
Li Haidong, seorang profesor dari Institut Hubungan Internasional di Universitas Hubungan Luar Negeri Tiongkok kepada Global Times mengatakan, Stoltenberg ingin meningkatkan kerjasama dan solidaritas anggota NATO, dengan membesar-besarkan apa yang disebut "ancaman" yang ditimbulkan oleh Tiongkok, yang menunjukkan bahwa NATO, sebagai aliansi militer, terjebak dalam pola pikir Perang Dingin. Dan bahwa satu-satunya cara untuk membenarkan kehadirannya adalah dengan mengobarkan konflik dan krisis.
Dalam upaya untuk memaksa beberapa negara Eropa untuk menerapkan strategi anti-Rusia serupa di Tiongkok, NATO juga telah bekerja keras untuk mengikat Tiongkok dan Rusia bersama. Akibatnya, UE dapat tumbuh lebih bergantung pada NATO dan AS, dan mungkin merasa lebih sulit untuk mencapai otonomi strategis.
Analis mengatakan bahwa rencana NATO untuk meningkatkan anggaran pertahanan, adalah salah satu cara bagi AS untuk memeras UE, memintanya untuk melayani tujuan strategis yang ditetapkan oleh AS, dan ketika konflik Rusia-Ukraina berlanjut, UE akan terseret ke dalam lebih banyak kekacauan. (Global times)
Komentar
Berita Lainnya
Politisi Jerman Kritik Parlemen Eropa karena Tetap Operasikan Dua Kompleksnya di Tengah Krisis Energi International
Jumat, 7 Oktober 2022 8:37:55 WIB
Patung Kepala Naga dari Batu Pasir Berusia Ratusan Tahun Ditemukan di Taman Angkor Kamboja International
Jumat, 7 Oktober 2022 16:2:20 WIB
Tiga Ekonom Internasional Raih Hadiah Nobel Ekonomi 2022 International
Selasa, 11 Oktober 2022 12:41:19 WIB
Peng Liyuan serukan upaya global untuk meningkatkan pendidikan bagi anak perempuan International
Rabu, 12 Oktober 2022 8:34:27 WIB
Sekjen PBB Serukan Cakupan Sistem Peringatan Dini Universal untuk Bencana Iklim International
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:59:46 WIB
Jokowi Puji Kepemimpinan Xi Jinping: Dekat dengan Rakyat, Memahami Betul Masalah yang Dihadapi Rakyat International
Senin, 17 Oktober 2022 13:29:21 WIB
Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International
Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB
Australia Janji Pasok Senjata Buat Indonesia International
Jumat, 21 Oktober 2022 9:11:43 WIB
AS Pertimbangkan Produksi Senjata Bersama Taiwan International
Sabtu, 22 Oktober 2022 9:6:52 WIB
Pemimpin Sayap Kanan Giorgia Meloni Jadi PM Wanita Pertama Italia International
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:57:58 WIB
Krisis Di Inggris Membuat Jutaan Warga Sengaja Tidak Makan Biar Hemat International
Minggu, 23 Oktober 2022 7:54:8 WIB
Gunung Kilimanjaro di Tanzania Dilanda Kebakaran International
Minggu, 23 Oktober 2022 15:24:53 WIB
Para Pemimpin Negara Ucapkan Selamat atas Terpilihnya Kembali Xi Jinping International
Senin, 24 Oktober 2022 11:47:39 WIB
Menlu ASEAN Akan Gelar Pertemuan Khusus di Indonesia Bahas Myanmar International
Senin, 24 Oktober 2022 16:57:17 WIB
Konser di Myanmar Berubah Menjadi Horor Saat Serangan Udara Militer Tewaskan Sedikitnya 60 Orang International
Selasa, 25 Oktober 2022 10:2:29 WIB