BEIJING, Radio Bharata Online - Jepang telah memainkan apa yang disebut sebagai "ancaman eksternal" dalam beberapa tahun terakhir, meningkatkan anggaran pertahanannya secara besar-besaran, dan kecenderungan untuk kembali ke jalur militer. Kementrian pertahanan Tiongkok pada hari Kamis mengatakan, hal itu sangat berbahaya.

Tan Kefei, juru bicara kementerian pertahanan Tiongkok, dalam sebuah konferensi pers mengatakan, Jepang harus berhenti melakukan hal-hal yang membahayakan perdamaian dan stabilitas regional.

Jepang, yang meninggalkan perang pada tahun 1947, pada 2022 meluncurkan ekspansi militer senilai 315 miliar dollar AS, untuk menyaingi kekuatan Beijing di Laut Tiongkok Timur, di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa serangan Rusia ke Ukraina dapat mendorong Tiongkok menginvasi Taiwan.

Bulan lalu, Jepang mengatakan pihaknya mencurigai balon-balon pengintai Tiongkok telah memasuki wilayah Jepang setidaknya tiga kali sejak 2019.

Kepada wartawan, Tan mengatakan, Beijing mendesak Jepang untuk sungguh-sungguh belajar dari pelajaran sejarah, berhati-hati dalam perkataan dan perbuatan dalam hal keamanan militer.

Pada saat yang sama, Tiongkok merencanakan peningkatan 7,2% dalam belanja pertahanannya tahun ini, melampaui peningkatan tahun lalu, dan lebih cepat dari target pertumbuhan ekonomi pemerintah yang moderat.

Beijing mengatakan bahwa pengeluaran militernya adalah untuk tujuan pertahanan dengan persentase yang relatif rendah dari hasil ekonominya.  Sementara para kritikus menuduhnya sebagai ancaman bagi perdamaian dunia.

Menurut Tan, yang perlu ditekankan adalah bahwa pengeluaran pertahanan Tiongkok yang terbatas, sepenuhnya digunakan untuk menjaga kedaulatan nasional, keamanan, dan kepentingan pembangunan, serta untuk menjaga perdamaian dan stabilitas dunia dan regional. Bukan untuk ekspansi apalagi hegemoni. (Reuters)