Senin, 17 April 2023 15:3:9 WIB

Sedikitnya 83 Tewas, Lebih dari 1.000 Terluka dalam Bentrokan Bersenjata di Sudan
International

Eko Satrio Wibowo

banner

Penampakan pasukan bersenjata di wilayah konflik Sudan (CMG)

Khartoum, Radio Bharata Online - Pertempuran sengit yang sedang berlangsung antara Angkatan Bersenjata Sudan dan kelompok paramiliter yang disebut Rapid Support Forces (RSF) telah menyebabkan sedikitnya 83 orang tewas dan lebih dari 1.000 orang terluka, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Minggu (16/4).

Kekerasan, yang dimulai pada hari Sabtu (15/4), dipicu oleh ketidaksepakatan atas integrasi pasukan paramiliter ke dalam militer, sebagai bagian dari transisi menuju pemerintahan sipil.

Sedikitnya 83 orang telah tewas dan 1.126 terluka di Khartoum Sudan, Kordofan Selatan, Darfur Utara, Negara Bagian Utara dan wilayah lain sejak 13 April 2023, dengan konsentrasi pertempuran terberat sekarang terjadi di Kota Khartoum, kata WHO dalam sebuah pernyataan di situs resmi.

WHO mendesak semua pihak untuk menghormati netralitas perawatan kesehatan dan memastikan akses tak terbatas ke fasilitas kesehatan bagi mereka yang terluka selama konflik.

RSF mengatakan pihaknya mengendalikan istana kepresidenan, bandara Khartoum dan fasilitas vital lainnya, klaim yang dibantah oleh Angkatan Bersenjata.

Saksi mata mengatakan Angkatan Bersenjata Sudan tampaknya telah menang pada hari Minggu (16/4) dalam perebutan kekuasaan, dengan paramiliter RSF menggempur pangkalan mereka dengan serangan udara.

Misi PBB di Sudan mengatakan kedua belah pihak menyetujui jeda tiga jam dalam pertempuran untuk memungkinkan evakuasi kemanusiaan, tetapi kesepakatan itu diabaikan setelah masa tenang yang singkat.

Program Pangan Dunia mengatakan akan menghentikan sementara pekerjaan kemanusiaannya di Sudan setelah tiga karyawan tewas. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, pada hari Minggu (16/4) mengutuk bentrokan di Sudan yang telah menyebabkan puluhan warga sipil tewas termasuk tiga pekerja untuk badan pangan dunia, dan menuntut keadilan cepat atas pembunuhan tersebut.

Pertempuran antara Angkatan Bersenjata Sudan dan RSF telah mengadu presiden melawan wakil presidennya dalam perebutan kendali atas negara terbesar ketiga di Afrika itu.

Keduanya muncul sebagai pemimpin pemerintahan transisi setelah kudeta 2019 yang menggulingkan Omar al-Bashir, yang berkuasa selama 30 tahun.

Sekarang Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, presiden pemerintahan militer Sudan, dan saingannya Letnan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, lebih dikenal sebagai Hemeti, wakil presiden dan kepala RSF, sedang dalam perang terbuka. Beberapa orang khawatir kekerasan itu bisa berubah menjadi perang saudara skala penuh.

Kedua belah pihak pun telah bertukar tuduhan memulai konflik. Perbedaan mendalam telah muncul antara Angkatan Bersenjata Sudan dan RSF, terutama mengenai integrasi RSF ke dalam angkatan bersenjata sebagaimana diatur dalam perjanjian kerangka kerja yang ditandatangani antara pemimpin militer dan sipil pada 5 Desember 2022 lalu.

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner