Kamis, 30 Maret 2023 11:1:20 WIB
Mulai 2035, Uni Eropa Melarang Penjualan Mobil dengan emisi CO2
International
Endro
Mobil mengeluarkan asap knalpot saat anak-anak berangkat ke sekolah di Frankfurt, Jerman, 27 Februari 2023.
BEIJING, Radio Bharata Online - Negara-negara anggota Uni Eropa (UE) pada hari Selasa telah sepakat untuk melarang penjualan mobil baru yang memancarkan CO2 pada tahun 2035. Keputusan tersebut diambil setelah Komisi Eropa dan Jerman mencapai kesepakatan.
Dewan Uni Eropa telah mengadopsi peraturan yang menetapkan standar emisi CO2 yang lebih ketat untuk mobil dan van baru. Hal ini bertujuan untuk mengurangi emisi dari transportasi jalan raya, yang merupakan bagian terbesar dari emisi transportasi. Ini juga bertujuan untuk mendorong industri otomotif beralih ke nol emisi.
Aturan baru menetapkan tujuan pengurangan emisi sebesar 55 persen untuk mobil baru, dan 50 persen untuk van baru. Aturan ini juga bertujuan untuk pengurangan 100 persen emisi CO2, baik untuk mobil baru maupun van, mulai tahun 2035.
Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Swedia Romina Pourmokhtari yang sekarang menjabat Kepresidenan Dewan Uni Eropa mengatakan, aturan baru ini akan memberikan peluang bagi teknologi mutakhir, dan menciptakan momentum bagi industri untuk berinvestasi di masa depan yang bebas fosil.
Insentif untuk kendaraan nol dan rendah emisi (ZLEV) akan berlaku mulai 2025 hingga akhir 2029. Jika produsen memenuhi kriteria tertentu untuk penjualan kendaraan rendah emisi, itu akan disubsidi sebesar 25 persen untuk mobil, dan 17 persen untuk van.
Pada tahun 2026, Komisi akan mulai menilai kemajuan yang dicapai untuk target pengurangan emisi 100 persen.
Proposal untuk menghapus emisi karbon dari mobil dan van, adalah bagian dari paket 'Fit for 55' yang diajukan oleh Komisi Eropa pada Juli 2021. Ini bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, setidaknya 55 persen pada tahun 2030.
Jerman awalnya menentang paket tersebut, karena industri otomotifnya untuk menjual mobil elektronik atau bahan bakar netral iklim, belum diproduksi dalam skala besar. (CGTN)
Komentar
Berita Lainnya
Politisi Jerman Kritik Parlemen Eropa karena Tetap Operasikan Dua Kompleksnya di Tengah Krisis Energi International
Jumat, 7 Oktober 2022 8:37:55 WIB
Patung Kepala Naga dari Batu Pasir Berusia Ratusan Tahun Ditemukan di Taman Angkor Kamboja International
Jumat, 7 Oktober 2022 16:2:20 WIB
Tiga Ekonom Internasional Raih Hadiah Nobel Ekonomi 2022 International
Selasa, 11 Oktober 2022 12:41:19 WIB
Peng Liyuan serukan upaya global untuk meningkatkan pendidikan bagi anak perempuan International
Rabu, 12 Oktober 2022 8:34:27 WIB
Sekjen PBB Serukan Cakupan Sistem Peringatan Dini Universal untuk Bencana Iklim International
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:59:46 WIB
Jokowi Puji Kepemimpinan Xi Jinping: Dekat dengan Rakyat, Memahami Betul Masalah yang Dihadapi Rakyat International
Senin, 17 Oktober 2022 13:29:21 WIB
Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International
Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB
Australia Janji Pasok Senjata Buat Indonesia International
Jumat, 21 Oktober 2022 9:11:43 WIB
AS Pertimbangkan Produksi Senjata Bersama Taiwan International
Sabtu, 22 Oktober 2022 9:6:52 WIB
Pemimpin Sayap Kanan Giorgia Meloni Jadi PM Wanita Pertama Italia International
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:57:58 WIB
Krisis Di Inggris Membuat Jutaan Warga Sengaja Tidak Makan Biar Hemat International
Minggu, 23 Oktober 2022 7:54:8 WIB
Gunung Kilimanjaro di Tanzania Dilanda Kebakaran International
Minggu, 23 Oktober 2022 15:24:53 WIB
Para Pemimpin Negara Ucapkan Selamat atas Terpilihnya Kembali Xi Jinping International
Senin, 24 Oktober 2022 11:47:39 WIB
Menlu ASEAN Akan Gelar Pertemuan Khusus di Indonesia Bahas Myanmar International
Senin, 24 Oktober 2022 16:57:17 WIB
Konser di Myanmar Berubah Menjadi Horor Saat Serangan Udara Militer Tewaskan Sedikitnya 60 Orang International
Selasa, 25 Oktober 2022 10:2:29 WIB