BEIJING, Radio Bharata Online - Donasi sperma telah menjadi topik hangat di media sosial Tiongkok dalam beberapa hari terakhir, setelah sebuah lembaga lokal di Yunnan, Tiongkok Barat Daya, mengeluarkan seruan yang mendorong mahasiswa di ibu kota provinsi Kunming untuk menyumbangkan sperma pada hari Rabu.

Bank sperma di tempat lain, termasuk Shaanxi, Tiongkok Barat Laut, telah menerbitkan imbauan serupa. Publik tertarik dan diskusi menjadi hangat, sebagian karena himbauan tersebut dibuat setelah populasi Tiongkok mencatat penurunan pada tahun 2022, penurunan pertama dalam enam dekade.

Menurut bank sperma Yunnan, pendonor harus berusia antara 20 hingga 40 tahun, tinggi badan lebih dari 1,65 meter, tidak memiliki penyakit menular atau genetik, dan harus memiliki atau sedang menempuh pendidikan.

Pendonor juga harus melalui pemeriksaan kesehatan, dan mereka yang memenuhi syarat akan memberikan 8-12 donasi, dengan pembayaran subsidi sebesar 4.500 yuan ($664).

Seorang anggota staf mengatakan kepada media bahwa biasanya tidak lebih dari 20 persen, sukarelawan yang memenuhi syarat untuk menyumbang.

Bank sperma Shaanxi menaikkan kriteria tinggi badan menjadi 1,68 meter, dan subsidi untuk donasi lengkap adalah 5.000 yuan.

Berita tersebut memicu minat publik dan orang-orang mulai membandingkan kriteria dari berbagai bank sperma.

Mereka menemukan bahwa Shanghai memberikan subsidi tertinggi sebesar 7.000 yuan, sementara Beijing memiliki persyaratan paling rinci untuk kesehatan pendonor.  Masalah yang meliputi kebotakan, kebiasaan hidup yang buruk seperti merokok dan minum-minuman keras, rabun jauh yang parah, dan hipertensi, masuk dalam daftar hitam.

Beberapa pihak menafsirkan berita tersebut sebagai sinyal bahwa Tiongkok akan membuat lebih banyak kebijakan yang mendorong kelahiran, di tengah-tengah penurunan populasi negara tersebut. Namun himbauan terbaru ini, lebih disebabkan oleh mahasiswa yang kembali ke kampus setelah pelonggaran pembatasan COVID.

Anggota staf dari bank sperma Yunnan mengatakan, karena penutupan kampus-kampus dalam tiga tahun terakhir, jumlah donasi telah menurun drastis, padahal pasien yang membutuhkan sampel sperma, tetap pada tingkat normal.(Global Times)