Selasa, 28 Maret 2023 10:35:32 WIB

Tiongkok Desak AS Penuhi Kewajiban HAM Internasional
International

Eko Satrio Wibowo

banner

Mao Ning, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, pada konferensi pers hari Senin (27/3) di Beijing (CMG)

Beijing, Radio Bharata Online - Mao Ning, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, pada konferensi pers hari Senin (27/3) di Beijing mengatakan Amerika Serikat harus dengan sungguh-sungguh memenuhi kewajiban hak asasi manusia internasionalnya, dan berhenti mencampuri urusan dalam negeri negara lain serta segera menangani masalah rasisme sistemiknya sendiri. 

Mao menyampaikan hal itu pada momen Hari Peringatan Internasional Para Korban Perbudakan dan Perdagangan Budak Transatlantik yang jatuh pada tanggal 25 Maret 2023.

"Perdagangan budak transatlantik adalah salah satu babak tergelap dalam sejarah manusia. Menurut data yang relevan, lebih dari 15 juta orang menjadi korban tragedi sejarah itu. Pada bulan Desember 2007, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi yang menetapkan 25 Maret setiap tahun sebagai Hari Peringatan Internasional Para Korban Perbudakan dan Perdagangan Budak Transatlantik adalah langkah untuk mengakui perdagangan budak transatlantik selama empat abad dan konsekuensi abadi yang dirasakan di seluruh dunia serta untuk berusaha menghapus warisan perbudakan termasuk rasisme, diskriminasi rasial, xenofobia, dan intoleransi," katanya.

"Untuk menghilangkan segala bentuk rasisme dan untuk memastikan martabat dan persamaan hak semua manusia adalah dengan bertindak berdasarkan semangat Piagam PBB dan memberikan kesetaraan dan keadilan internasional. Kami menyesal melihat bahwa hari ini, penghapusan dampak negatif dari perbudakan dan perdagangan budak tetap menjadi perjuangan berat," lanjut Mao. 

"Rasisme, diskriminasi ras, dan ketidaksetaraan masih mendarah daging di beberapa negara. Beberapa negara Barat melakukan intervensi militer ilegal, tindakan pemaksaan sepihak, dan 'transformasi demokrasi' di negara lain dalam upaya merebut pasar baru, menjarah sumber daya dan mengeksploitasi tenaga kerja. Berbagai tindakan neo-kolonial dan hegemonik seperti ini sangat melanggar hak asasi manusia di negara berkembang," imbuhnya.

"Di AS, bayang-bayang kolonialisme dan perbudakan masih melekat. Menurut situs web AS Mapping Police Violence, orang kulit hitam 2,78 kali lebih mungkin dibunuh oleh polisi daripada orang kulit putih dalam kasus pembunuhan oleh petugas polisi yang terjadi selama 2013 hingga 2022. Teriakan putus asa 'Aku tidak bisa bernapas' masih terdengar berulang kali," papar Mao.

"Melupakan sejarah berarti pengkhianatan. Amerika Serikat harus dengan sungguh-sungguh memenuhi kewajiban hak asasi manusia internasionalnya, mengatasi masalah rasisme dan diskriminasi rasialnya sendiri, melawan impunitas, dan berhenti mencampuri urusan dalam negeri negara lain serta berhenti membuat negara lain tidak stabil," tegasnya.

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner