Rabu, 28 Mei 2025 20:17:22 WIB

Inovasi Bukan Lagi Milik AS dan Barat: Saatnya Tiongkok Mengubah Peta Teknologi Dunia
Teknologi

OPINI/Muhammad Rizal Rumra

banner

Ilustrasi

Di era kontemporer yang ditandai oleh disrupsi teknologi dan ketegangan geopolitik yang kian memuncak, inovasi tidak lagi sekadar menjadi instrumen pertumbuhan ekonomi, melainkan telah bertransformasi menjadi indikator utama kekuatan dan pengaruh sebuah negara di tataran global. Ketergantungan pada sumber daya alam atau kekuatan militer semata tidak lagi mencukupi. Negara-negara kini berlomba-lomba menguasai sektor strategis berbasis teknologi untuk menjamin keberlanjutan daya saing mereka di masa depan.

Dalam konteks ini, Tiongkok telah menunjukkan performa yang mengejutkan. Negara yang dahulu dikenal sebagai pusat manufaktur berbiaya rendah kini menjelma menjadi salah satu episentrum inovasi teknologi dunia. Transformasi ini bukan hasil kebetulan, melainkan buah dari strategi jangka panjang yang terencana, investasi riset yang konsisten, dan integrasi erat antara pemerintah, industri, serta lembaga pendidikan tinggi.

Inisiatif nasional seperti Made in China 2025 menjadi tonggak penting yang menandai pergeseran paradigma pembangunan Tiongkok. Melalui pendekatan terkoordinasi dan berorientasi pada kepentingan nasional, negara ini berhasil mengakselerasi kemajuan dalam bidang kecerdasan buatan (AI), semikonduktor, energi terbarukan, serta kendaraan listrik. 

Description: https://www.swinethailand.com/images/editor/china-infog-sm.jpg
Gambar 1: Made in China 2025

Model inovasi terpusat yang diterapkan Tiongkok bertolak belakang dengan pendekatan berbasis pasar bebas seperti di Amerika Serikat (AS). Namun demikian, hasilnya menunjukkan efektivitas yang luar biasa dalam mengejar, bahkan untuk beberapa bidang telah melampaui negara-negara Barat.

Tiongkok mampu mengonsolidasikan sumber daya nasional melalui kolaborasi antara pemerintah pusat, korporasi teknologi raksasa seperti Huawei dan Alibaba, serta universitas unggulan seperti Tsinghua dan Zhejiang. Hal ini menciptakan ekosistem inovasi yang terstruktur dan produktif.

Di bidang AI misalnya, Tiongkok telah menyalip AS dalam jumlah publikasi ilmiah sejak 2019, serta mengembangkan teknologi pengenalan wajah dan kendaraan otonom yang mampu bersaing di pasar global.

Description: https://www.digital-science.com/wp-content/uploads/2024/01/ai_pubs_top10countries.png
Gambar 2: Tren Publikasi Penelitian AI di Negara-Negara dengan 10 Output Terbesar

Keunggulan dalam hal kuantitas dan kualitas data, yang menjadi prasyarat dalam pelatihan algoritma, menjadi faktor krusial yang memperkuat posisi Tiongkok dalam perlombaan teknologi ini.

Di sektor semikonduktor, meskipun Tiongkok belum sepenuhnya menguasai teknologi litografi tercanggih, keberhasilannya memproduksi chip 5 nanometer (5nm) tanpa mesin Extreme Ultraviolet (EUV) menjadi pencapaian penting yang membuktikan ketangguhan rantai pasok domestik. Program investasi nasional senilai puluhan miliar dolar AS telah memperlihatkan hasil konkret, dengan tumbuhnya industri semikonduktor lokal yang kian mandiri.

Dominasi Tiongkok di bidang energi hijau juga tidak bisa diabaikan. Dengan menguasai lebih dari 70 persen produksi panel surya global serta menjadi pemimpin pasar baterai lithium, negara ini memperlihatkan ketangguhan dalam sektor yang menjadi kunci transisi energi global.

Description: C:\Users\muhri\Pictures\Screenshots\Screenshot 2025-05-28 190132.png
Gambar 3: Negara-Negara Penghasil Panel Surya Secara Global

Bahkan dalam penjualan kendaraan listrik, produsen Tiongkok seperti Build Your Dream (BYD) telah melampaui Tesla di pasar global, berkat efisiensi rantai pasok, dukungan subsidi pemerintah, dan skala produksi massal.

Description: Infographic: BYD Pulls Ahead of Tesla to Become Largest EV Maker | Statista
Gambar 4: Produksi Tahunan Kendaraan Penumpang Listrik Baterai Tesla dan BYD 

Keunggulan Tiongkok dalam infrastruktur juga memperkuat daya saing teknologinya. Jaringan kereta cepat sepanjang lebih dari 40.000 kilometer, serta dominasi dalam industri galangan kapal sipil, menunjukkan orientasi pembangunan yang strategis dan berjangka panjang, berbeda dari pendekatan efisiensi pasar yang cenderung lamban dalam pengambilan keputusan besar di negara-negara Barat.

Sumber daya manusia juga menjadi pilar penting yang mendukung kebangkitan Tiongkok. Dengan lulusan Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM) yang  mencapai lebih dari 3 juta orang tahun 2020, empat kali lipat dari angka di Amerika Serikat, membuktikan bahwa Tiongkok berhasil menciptakan ekosistem talenta teknologi yang luas dan dalam.

Description: Graph showing 11 bars superimposed on a world map with the following countries highlighted. Each bar from left to right enumerates the total number of STEM graduates in that country in 2020: China: 3.57M graduates India: 2.55M U.S.: 820,000 Russia: 520,000 Indonesia: 200,000 Brazil: 238,000 Mexico: 221,000 France: 220,000 Germany: 216,000 Iran: 211,000 Japan: 192,000
Gambar 5: Negara-Negara Teratas Berdasarkan Jumlah Lulusan STEM pada Tahun 2020

Program-program seperti Thousand Talents Plan berhasil menarik ilmuwan diaspora untuk kembali dan berkontribusi dalam pembangunan nasional, memperkuat daya saing riset domestik yang selama ini didominasi oleh lembaga-lembaga Barat.

Meskipun universitas-universitas seperti Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Harvard masih menjadi simbol kekuatan akademik global, meningkatnya ketegangan geopolitik telah mendorong banyak ilmuwan Tiongkok untuk kembali ke tanah air. Fenomena ini menjadi refleksi dari perubahan sentimen dan dinamika internasional yang turut mendorong redistribusi pusat-pusat pengetahuan dunia.

Description: Grafik yang menunjukkan jumlah tahunan ilmuwan keturunan Tiongkok yang meninggalkan AS ke Tiongkok/Hong Kong atau negara lain. Jumlah yang pergi ke Tiongkok terus meningkat dari tahun 2010 hingga 2021, dengan peningkatan yang lebih cepat sejak tahun 2018.
Gambar 6: Jumlah Tahunan Ilmuwan Keturunan Tionghoa yang Telah Meninggalkan AS Menuju Tiongkok/Hong Kong atau Negara Lain

Pada akhirnya, perbedaan fundamental antara pendekatan Barat dan Tiongkok dalam pembangunan teknologi terletak pada orientasi ideologis. Sementara Barat mengandalkan mekanisme pasar dan insentif jangka pendek dari sektor swasta, Tiongkok memilih pendekatan perencanaan terpusat dengan visi jangka panjang yang tidak hanya mengedepankan profitabilitas, tetapi juga kemandirian strategis dan posisi geopolitik.

Dengan capaian luar biasa dalam inovasi aplikatif, penguasaan rantai pasok, kecepatan adopsi teknologi, dan mobilisasi nasional yang terintegrasi, Tiongkok telah menempatkan dirinya sebagai kekuatan teknologi global yang tidak dapat diabaikan. 

Maka dari itu, pertanyaan besar yang kini mengemuka adalah apakah dunia sedang menyaksikan pergeseran pusat gravitasi teknologi global dari Silicon Valley ke Beijing, Shenzhen, dan Hangzhou? Jawabannya tampaknya semakin mendekati afirmatif.

Komentar

Berita Lainnya

Prioritas Agenda Kerja Sama Tiongkok-ASEAN Teknologi

Selasa, 3 November 2020 9:58:24 WIB

banner
CMG Siap Beritakan CIIE ke-3 Teknologi

Rabu, 4 November 2020 1:22:22 WIB

banner
Han Zheng Hadiri Upacara Pembukaan CIIE Ke-3 Teknologi

Jumat, 6 November 2020 1:14:28 WIB

banner
Tiongkok Gelar Harbolnas Terbesar di Dunia Teknologi

Selasa, 10 November 2020 19:55:39 WIB

banner