Jumat, 1 November 2024 12:22:20 WIB
Industri Otomotif Jerman Menentang Keputusan Uni Eropa terkait Tarif Kendaraan Listrik Tiongkok
Ekonomi
Eko Satrio Wibowo
Michael Bose, Kepala Internasionalisasi Otomotif Berlin-Brandenburg (CMG)
Berlin, Radio Bharata Online - Para pelaku industri otomotif Jerman telah menyuarakan penolakan keras mereka terhadap keputusan terbaru Uni Eropa untuk mengenakan tarif pada kendaraan listrik Tiongkok, dengan memperingatkan bahwa tindakan tersebut akan menghambat transformasi dan peningkatan industri otomotif Eropa menuju pembangunan yang hijau dan berkelanjutan.
Komisi Eropa, badan eksekutif Uni Eropa, mengumumkan pada hari Selasa (29/10) bahwa mereka telah menyelesaikan penyelidikan anti-subsidi dan memutuskan untuk mengenakan bea masuk imbalan definitif pada impor kendaraan listrik baterai baru dari Tiongkok untuk jangka waktu lima tahun.
Perusahaan-perusahaan Tiongkok yang menjadi sampel akan dikenakan bea masuk imbalan yang berbeda, khususnya, 17,0 persen pada BYD, 18,8 persen pada Geely, dan 35,3 persen pada SAIC.
"Keputusan tersebut tidak hanya mengintensifkan sengketa perdagangan, tetapi juga akan merusak perdagangan bebas global secara serius. Dan tidak akan mengatasi masalah strategis dan struktural yang dihadapi industri otomotif Eropa. Di sisi lain, keputusan tersebut telah menghambat promosi kendaraan listrik di Jerman dan Eropa, sehingga mengancam tujuan pemotongan emisi karbon," kata Michael Bose, Kepala Internasionalisasi Otomotif Berlin-Brandenburg.
Bagi konsumen EV biasa, tarif berarti harga yang lebih tinggi dan pilihan yang terbatas. Dealer EV menekankan bahwa cara paling efektif untuk melindungi pasar domestik adalah dengan meningkatkan daya saing produk mereka, ketimbang menggunakan tarif.
"Bagi konsumen, tarif jelas berarti harga yang lebih tinggi. Saya pikir kita harus fokus pada produksi mobil yang lebih baik melalui persaingan untuk mempertahankan keunggulan Jerman sebagai kekuatan industri, bukan melalui tarif," kata Henrik Sachs, seorang dealer otomotif.
Bose menyoroti bahwa evolusi berkelanjutan kendaraan listrik bergantung pada inovasi kerja sama global, bukan proteksionisme. Tiongkok, sebagai pemain penting di pasar kendaraan listrik, berkontribusi pada modernisasi dan transformasi industri otomotif Eropa, katanya.
"Tiongkok memainkan peran utama yang penting dalam inovasi dan pengembangan pasar di industri EV. Penting untuk meningkatkan kerja sama dengan Tiongkok di bidang energi baru karena pasar Tiongkok dapat membawa lebih banyak peluang dan inovasi baru. Kami berharap pada akhirnya dapat menghilangkan tarif ini melalui dialog, karena bagi Jerman, kerja sama dengan Tiongkok dan menciptakan sinergi sangat penting," kata Bose.
Komentar
Berita Lainnya
Investasi Banyak Masuk ke Jateng, Ganjar: Tingkat Layanan Kita Sangat Serius Ekonomi
Selasa, 4 Oktober 2022 18:8:39 WIB
Perdagangan Jerman mengalahkan ekspektasi pada Agustus , meski ekonomi melambat Ekonomi
Rabu, 5 Oktober 2022 18:2:24 WIB
Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi
Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB
Pakar: Tren konsumsi sehat mencerminkan kepercayaan konsumen yang kuat Ekonomi
Jumat, 7 Oktober 2022 19:14:0 WIB
Perkiraan uang penjualan pembuat chip TSMC, persaingan melambat Ekonomi
Jumat, 7 Oktober 2022 19:44:54 WIB
Mentan-Menkeu G20 & Bank Dunia Kumpul di AS, Cari Solusi Atasi Krisis Pangan Ekonomi
Rabu, 12 Oktober 2022 9:9:53 WIB
Lebih dari Setengah Mobil Baru akan Menggunakan Listrik pada Tahun 2025 Ekonomi
Kamis, 13 Oktober 2022 21:21:32 WIB
Tibet Melihat Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Tahunan Dua Digit Ekonomi
Kamis, 13 Oktober 2022 21:23:14 WIB
Gara-gara Hujan, Petani Risau Harga Cabai dan Beras Naik Ekonomi
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:37:6 WIB
PLN: Infrastruktur Listrik Kereta Cepat Rampung Juni 2023 Ekonomi
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:43:54 WIB
Antisipasi Resesi Gelap, Sandiaga Uno: Perkuat UMKM dan Kolaborai Ekonomi
Minggu, 16 Oktober 2022 18:8:23 WIB
Huawei akan mendirikan pusat layanan cloud Eropa pertama di Irlandia Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 10:1:4 WIB
14 Negara Tandatangani 100 Kerja Sama Dagang dengan Indonesia Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 15:36:8 WIB
Sri Mulyani Pede Ekonomi RI Tembus 5,5 Persen pada Kuartal III 2022 Ekonomi
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:45:9 WIB