Kamis, 6 Februari 2025 10:2:29 WIB
Presiden Jerman: Rencana Trump Kuasai Gaza 'Tak Dapat Diterima'
International
Antara / AP Wira

Arsip foto - Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier. ANTARA/Anadolu/py/pri.
BERLIN, radio Bharata Online - Kritik keras dilontarkan presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier terkait rencana Presiden AS Donald Trump "menguasai Jalur Gaza" dan merelokasi penduduk di wilayah kantong Palestina itu secara permanen ke negara lain.
Dalam kunjungannya ke Ankara, Turkiye, Rabu (5/2) Steinmeier mengatakan, “Solusi yang mengabaikan atau bahkan melanggar hukum internasional tidak dapat diterima,”
Ia juga meragukan kemungkinan keberhasilan pembicaraan antara pemerintahan Trump dan negara-negara Arab terkait rencana tersebut.
Setelah mengadakan pertemuan tingkat tinggi di Arab Saudi dan Yordania, dia menekankan bahwa rencana tersebut mendapat penolakan luas di kawasan Timur Tengah.
Berbicara kepada media Jerman sebelum bertemu Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan, Steinmeier mengatakan dia hanya menemui “kekecewaan, banyak kekhawatiran, dan dalam beberapa kasus, kemarahan yang nyata” terhadap rencana Trump itu.
Dia menegaskan bahwa setiap solusi berkelanjutan bagi konflik Israel-Palestina harus menjamin "keamanan bagi Israel dan hak menentukan nasib sendiri bagi rakyat Palestina."
“Ini adalah jalan yang sulit dan mungkin memakan waktu lama,” ujar Steinmeier.
“Namun saya khawatir jalan pintas yang sewenang-wenang dari jalur ini, terutama yang mengabaikan hukum dan aturan internasional, tidak akan membawa kita ke tujuan yang diinginkan,” katanya menambahkan.
Pernyataan presiden Jerman ini muncul setelah Trump, pada Selasa malam, mengumumkan bahwa “AS akan mengambil alih Jalur Gaza” dalam konferensi pers bersama Pemimpin Otoritas Israel Benjamin Netanyahu.
Trump mengatakan, penduduk Gaza seharusnya dipindahkan ke negara-negara seperti Yordania dan Mesir. Sementara AS akan mengubah wilayah tersebut menjadi "Riviera Timur Tengah."
Proposal tersebut langsung menuai kecaman keras dari Palestina dan ditolak secara tegas oleh banyak negara, termasuk China, Rusia, Turki, Spanyol, Prancis, Arab Saudi, dan Mesir. [Antara]
Komentar
Berita Lainnya
Politisi Jerman Kritik Parlemen Eropa karena Tetap Operasikan Dua Kompleksnya di Tengah Krisis Energi International
Jumat, 7 Oktober 2022 8:37:55 WIB

Patung Kepala Naga dari Batu Pasir Berusia Ratusan Tahun Ditemukan di Taman Angkor Kamboja International
Jumat, 7 Oktober 2022 16:2:20 WIB

Tiga Ekonom Internasional Raih Hadiah Nobel Ekonomi 2022 International
Selasa, 11 Oktober 2022 12:41:19 WIB

Peng Liyuan serukan upaya global untuk meningkatkan pendidikan bagi anak perempuan International
Rabu, 12 Oktober 2022 8:34:27 WIB

Sekjen PBB Serukan Cakupan Sistem Peringatan Dini Universal untuk Bencana Iklim International
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:59:46 WIB

Jokowi Puji Kepemimpinan Xi Jinping: Dekat dengan Rakyat, Memahami Betul Masalah yang Dihadapi Rakyat International
Senin, 17 Oktober 2022 13:29:21 WIB

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International
Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

Australia Janji Pasok Senjata Buat Indonesia International
Jumat, 21 Oktober 2022 9:11:43 WIB

AS Pertimbangkan Produksi Senjata Bersama Taiwan International
Sabtu, 22 Oktober 2022 9:6:52 WIB

Pemimpin Sayap Kanan Giorgia Meloni Jadi PM Wanita Pertama Italia International
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:57:58 WIB

Krisis Di Inggris Membuat Jutaan Warga Sengaja Tidak Makan Biar Hemat International
Minggu, 23 Oktober 2022 7:54:8 WIB

Gunung Kilimanjaro di Tanzania Dilanda Kebakaran International
Minggu, 23 Oktober 2022 15:24:53 WIB

Para Pemimpin Negara Ucapkan Selamat atas Terpilihnya Kembali Xi Jinping International
Senin, 24 Oktober 2022 11:47:39 WIB

Menlu ASEAN Akan Gelar Pertemuan Khusus di Indonesia Bahas Myanmar International
Senin, 24 Oktober 2022 16:57:17 WIB

Konser di Myanmar Berubah Menjadi Horor Saat Serangan Udara Militer Tewaskan Sedikitnya 60 Orang International
Selasa, 25 Oktober 2022 10:2:29 WIB
