Selasa, 25 Maret 2025 12:38:36 WIB

Guru Tunanetra Tiongkok Taklukkan Hambatan dengan Berlari 5K Pertamanya di Wuxi Marathon 2025
Sosial Budaya

Eko Satrio Wibowo

banner

Zhu Lingjun, seorang guru tunanetra (CMG)

Wuxi, Radio Bharata Online - Di antara 35.000 pelari maraton di Wuxi Marathon 2025 di Tiongkok Timur pada hari Minggu (23/3), ada seorang guru tunanetra, Zhu Lingjun, yang menyelesaikan lima kilometer untuk pertama kalinya dengan seorang pemandu pelari dan mengirimkan semangat yang menginspirasi ke kota tersebut.

Terlahir buta, Zhu mengalami keterbatasan persepsi cahaya setelah operasi pada usia empat bulan. Ia menempuh pendidikan lengkapnya tanpa henti hingga meraih gelar master, dan tahun lalu, ia menjadi guru tunanetra pertama di kota tersebut di Sekolah Pendidikan Khusus Wuxi.

Pada saat yang sama, Zhu mencintai olahraga dan menekuninya dengan berani. Setelah mendengar tentang Wuxi Marathon, ia telah lama bermimpi untuk bergabung. Ia mengatakan bahwa itu lebih dari sekadar tujuan pribadi. Ia percaya pada peningkatan kesadaran akan kesempatan yang sama dalam olahraga dan mendorong para penyandang disabilitas untuk merangkul kehidupan sosial.

Wuxi Marathon tahun ini mendukung para pelari penyandang disabilitas dan memperkenalkan saluran pendaftaran khusus untuk para tunanetra, yang mendorong inklusivitas dalam olahraga.

Zhu langsung memanfaatkan kesempatan itu dan mempersiapkan diri untuk perlombaan. Dia menjalani latihan musim dingin yang berat, termasuk lompat tali, hula hoop, berenang, dan berlari seirama dengan pemandu larinya.

"Karena gangguan penglihatan, saya jadi kesulitan bergerak, jadi saya sering lompat tali dan bermain hula hoop di dalam ruangan. Saya juga suka berenang karena saya belajar berenang sejak kecil. Saya bisa berenang gaya dada dan gaya punggung," ungkapnya.

"Saat mendaftar, saya membaca bahwa penyandang disabilitas yang memenuhi syarat diperbolehkan untuk berpartisipasi dan akan dilindungi dengan baik. Saya rasa ini mencerminkan semangat kompetisi yang setara dan rasa hormat terhadap partisipasi yang beragam," katanya.

"Ini adalah acara terbesar yang pernah saya ikuti. Saya benar-benar berterima kasih kepada pemandu lari saya. Dia memiliki langkah yang panjang tetapi menyesuaikan kecepatannya agar sesuai dengan saya. Saya juga ingin berterima kasih kepada penyelenggara karena telah mengizinkan orang-orang seperti saya untuk berkompetisi. Pengalaman ini membuat saya menyadari bahwa saya dapat berkembang, berlari lebih jauh, lebih cepat, dan lebih mantap," ujarnya setelah perlombaan.

Zhu menjalani hidup yang tangguh jauh sebelum maraton. Ia pindah dari rumah ke Shanghai untuk mengejar pendidikan dini saat tidak ada sekolah lokal untuk anak-anak tunanetra. Tekadnya membawanya untuk berprestasi secara akademis dengan meraih gelar dari East China Normal University dan gelar master dari Universitas Fudan yang bergengsi.

Ia bahkan terpilih untuk mengikuti program pertukaran di Universitas Politeknik Hong Kong, dengan menyelesaikan lima mata kuliah yang diajarkan dalam bahasa Inggris.

Selain akademis, Zhu telah mendedikasikan dirinya untuk pekerjaan sosial, mengajar anak-anak dengan disabilitas intelektual, dan menjadi sukarelawan untuk proyek Perserikatan Bangsa-Bangsa. Terinspirasi oleh guru-guru yang membimbingnya, ia mengejar mimpinya untuk menjadi seorang pendidik, bergabung dengan Sekolah Pendidikan Khusus Wuxi pada bulan Agustus 2024.

"Saya berharap dapat berkembang dalam pekerjaan ini, terus berkembang, dan menjadi guru yang dicintai oleh siswa, dipercaya oleh orang tua, dan diakui oleh masyarakat," katanya.

Komentar

Berita Lainnya

Pelestarian Lingkungan Sungai Yangtze Sosial Budaya

Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB

banner
Hari Kota Sedunia dirayakan di Shanghai Sosial Budaya

Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB

banner