Sabtu, 13 Juli 2024 8:12:40 WIB

Bareskrim Koordinasi dengan Tiongkok Cegah Bahan Kimia untuk Narkoba
Indonesia

ANTARA - AP Wira

banner

Kabareskrim Komisaris Jenderal Polisi Wahyu Widada (kiri) dan Kapolda Jatim Irjen Pol Imam Sugianto (kanan) menunjukkan pil ekstasi siap edar saat ungkap kasus laboratorium gelap narkoba di Jalan Bukit Barisan, Klojen, Malang, Jawa Timur, Rabu (3/7/2024). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/foc. (ANTARA FOTO/ARI BOWO SUCIPTO)

JAKARTA, Radio Bhareata online - Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri berkoordinasi dengan Kepolisian Tiongkok untuk mencegah pengiriman bahan-bahan kimia ke Indonesia yang peruntukannya digunakan untuk memproduksi narkoba. Dari 5 pengungkapan kasus laboratorium narkoba rahasia atau clandestine laboratory di Indonesia, para pelaku menggunakan modus mengirim bahan kimia dari Tiongkok lalu diolah menjadi prekursor untuk bahan pembuatan sabu dan ekstasi.

Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Pol. Mukti Juharsa mengatakan,  " Bareskrim sudah berbicara dengan Tiongkok tentang banyaknya barang kimia dari Tiongkok yang masuk ke Indonesia," 

Mukti Juharsa  menjelaskan Bareskrim Polri menerima kunjungan Kepolisian Tiongkok sekitar dua bulan yang lalu di Bareskrim Polri. Dalam pertemuan itu, Tiongkok juga membahas terkait penyelundupan narkoba. Juga meminta daftar bahan-bahan kimia yang diekspor dari Tiongkok.

 "Polri sudah melalui hubungan dengan Kedutaan Tiongkok untuk mengirimkan data-data perusahaan yang suka mengirimkan ke Indonesia untuk barang-barang kimia ini," kata Mukti.

Sepanjang 2024 ini, Bareskrim Polri mengungkap 5 kasus clandestine laboraty di Indonesia, yakni di Semarang, Sunter-Jakarta Utara, Bali, Sumatera Utara dan Malang-Jawa Timur.  Pola mendirikan clandestine lab merupakan modus operandi yang marak terjadi di era tahun 2002.  Namun, karena sering dilakukan penggerebekan, pelaku menggunakan modus pengiriman narkoba lewat laut, udara dan jalan darat.

 Belakangan, modus kirim narkoba sudah terbaca oleh aparat penegak hukum, hingga kini pelaku narkoba kembali menggunakan modus lama lewat pendirian clandestine, dengan cara berbeda, yakni mengirim bahan kimia masuk ke Indonesia.

 Mukti menyebut penindakan terhadap clandestine lab ini sudah banyak dilakukan oleh jajaran Polri, baik di tingkat Bareskrim Polri, maupun polda jajaran. Seperti pengungkapan laboratorium narkoba rahasia di Semarang,Jawa Tengah, ada tiga pabrik narkoba yang digerebek pada April 2024 lalu. Memproduksi sabu dan happy water.

 Masih di bulan April, Bareskrim Polri menggerebek pabrik narkoba milik jaringan Fredy Pratama yang mampu memproduksi ekstasi mencapai 300 ribu per bulan. Selanjutnya bulan Mei, Bareskrim menggerebek laboratorium narkoba rahasia di wilayah Bali, yang dikendalikan oleh dua warga negara asing asal Ukraina.

Pertengahan Juni, Bareskrim kembali menggerebek keberadaan clandestine lab yang dijalankan oleh pasangan suami istri di Sumatera Utara, mampu memproduksi 314 ribu butir ekstasi per bulannya. Yang terbaru, tujuh hari yang lalu diungkap penggerebekan pabrik narkoba terbesar se-Indonesia di daerah Malang. Memproduksi ganja sintetis, barang bukti yang diamankan 1,2 ton ganja sintetis siap edar dan bahan baku setara 2 ton yang siap diproduksi.

Kesamaan dari clandestine lab yang berhasil dibongkar ini menjadikan rumah tinggal maupun rumah tokoh disewa untuk memproduksi narkoba. Clandestine lab umumnya merupakan istilah merujuk pada aktivitas individu atau sekelompok orang memproduksi narkoba secara cepat dan murah. [ANTARA]

Komentar

Berita Lainnya

Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional Indonesia

Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB

banner
Pertemuan P20 di Buka Indonesia

Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB

banner