Jinan, Radio Bharata Online - Dokter militer Tiongkok, Shi Wei, bertugas di garis depan pasukan penjaga perdamaian bersama Pasukan Sementara PBB di Lebanon atau UN Interim Force in Lebanon (UNIFIL). Di sana, pertempuran nyaris tewas di sepanjang "Garis Biru" Israel-Lebanon telah mengubah pemahamannya tentang kerapuhan hidup dan memperdalam komitmennya untuk menyelamatkan nyawa.

Kembalinya ke rumah sakit militer tempat ia pernah bekerja, Shi merenungkan bagaimana pasukan penjaga perdamaian telah mengubahnya.

Kisahnya ditampilkan dalam serial dokumenter khusus "Blue Helmets, No Borders" dari China Global Television Network (CGTN), yang tayang perdana Selasa (16/9) dan menyoroti pekerjaan kemanusiaan pasukan penjaga perdamaian Tiongkok yang ditempatkan di luar negeri.

"Saat saya bekerja, bom udara sering terbang di atas kepala dan awan jamur membumbung tinggi ke langit," kata Shi.

"Kami tinggal di bunker 24 jam sehari. Kami tidak bisa keluar. Keesokan paginya, hanya 50 meter dari asrama kami, kami menemukan kawah di tanah. Jika pecahan peluru masuk sedikit lebih rendah, asrama kami bisa saja hancur," lanjutnya.

Pada April 2025, Shi menyelesaikan misinya di Lebanon dan kembali ke rumah sakit militer tempatnya pernah bekerja.

"Kenangan saya yang paling berkesan tentu saja bom-bom yang bersiul dan meledak di dekatnya. Begitu mendengar suara bom datang, saya secara naluriah akan jatuh ke tanah. Ketika saya pulang cuti di bulan Desember, saat itu tepat menjelang Tahun Baru. Seseorang menyalakan petasan di luar, dan begitu petasan itu meledak, saya secara naluriah merunduk. Itu sudah menjadi refleks yang terkondisi. Setelah menjalani perang, saya menyadari betapa rapuhnya hidup ini. Hal itu juga memperkuat tekad saya sebagai dokter untuk bekerja lebih keras lagi dalam menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa," ungkapnya.

Shi telah menemukan cara untuk menjaga hubungannya dengan rekan-rekannya selama misi penjaga perdamaian.

"Lencana-lencana ini melambangkan persahabatan saya dengan para tentara asing selama setahun terakhir. Di balik setiap lencana terdapat seseorang yang telah saya ajak bicara dan kenal baik. Lencana-lencana ini selalu mengingatkan saya pada momen-momen berharga itu. Satu misi penjaga perdamaian, komitmen penjaga perdamaian seumur hidup. Mungkin satu-satunya penyesalan adalah waktunya terlalu singkat," ujarnya.