Jumat, 3 Februari 2023 9:35:18 WIB

Perekonomian Indonesia Diprediksi Kehilangan Tenaga
Ekonomi

Endro

banner

Seorang pekerja berjalan di antara tumpukan kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, 3 Agustus 2022.

Radio Bharata Online - Pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan melambat pada kuartal keempat, karena dipengaruhi penurunan harga komoditas dan energi yang memukul ekspor, dan resesi global yang diperkirakan dapat mempercepat perlambatan tahun ini.

Ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini mencatat ekspor US$292 miliar pada tahun 2022, didorong oleh harga komoditas global yang tinggi, yang meningkatkan nilai rupiah dan meningkatkan neraca berjalan negara.

Tetapi pertumbuhan ekspor melambat di akhir tahun karena harga-harga menuju moderat.

Menurut perkiraan median 21 ekonom dalam jajak pendapat, setelah melaporkan pertumbuhan tahunan terkuatnya dalam lebih dari satu tahun pada kuartal ketiga, ekonomi Indonesia tumbuh lebih lemah 4,84 persen pada Oktober-Desember, dibandingkan dengan periode tiga bulan yang sama tahun sebelumnya.  Jika prediksi terwujud, itu akan menjadi tingkat pertumbuhan paling lambat dalam lebih dari setahun.

Prakiraan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), yang akan dirilis pada 6 Februari, berkisar antara 4,00 persen hingga 6,20 persen.

Secara triwulanan, pertumbuhan diperkirakan turun menjadi 0,33 persen, turun dari 1,81 persen di triwulan ketiga. Itu didasarkan pada sampel prakiraan yang lebih kecil.

Suryaputra Wijaksana, Ekonom dari Bank Central Asia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat sejalan dengan perlambatan global yang sedang berlangsung. Resesi global yang sedang berlangsung telah menekan harga dan permintaan komoditas.

Ekonom dalam jajak pendapat memperkirakan prospek yang lebih suram, karena pengetatan kebijakan moneter dan peningkatan inflasi secara global, berisiko menggelincirkan ekonomi dunia.

Pertumbuhan diperkirakan mencapai rata-rata 5,3 persen tahun lalu, tetapi jajak pendapat terpisah Reuters mengatakan bahwa tingkat tersebut akan melambat menjadi 4,8 persen tahun ini, namun masih dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia sebesar 4,50 persen hingga 5,30 persen.

Gareth Leather, ekonom senior Asia di Capital Economics, mengatakan, dengan harga komoditas akan turun kembali, permintaan global yang lebih lemah cenderung membebani ekspor, dan kebijakan moneter yang lebih ketat menyeret ekonomi domestik.

Tetapi beberapa ekonom berharap pembukaan kembali Tiongkok akan meningkatkan ekspor sumber daya Indonesia, seperti minyak sawit, batu bara, nikel, dan besi.  (CNA)

Komentar

Berita Lainnya

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi

Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

banner