Rabu, 4 Januari 2023 11:59:4 WIB

APBN 2022 Defisit 2,38 Persen dari PDB
Ekonomi

Antara

banner

Tangkapan layar - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers daring, Selasa (3/1/2023). ANTARA/Sanya Dinda/am.

JAKARTA, Radio Bharata Online – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, mencatat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 defisit sebesar 2,38 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).  Angka ini lebih rendah dari target dalam revisi APBN yang sebesar 4,50 persen dari PDB.

Dalam konferensi pers yang dipantau di Jakarta, Selasa (3/1), Menkeu mengatakan, defisit APBN 2022 tercatat sebesar 464,3 triliun rupiah, atau turun 40,1 persen dibandingkan defisit tahun lalu yang sebesar 775,1 triliun rupiah.

Menurutnya, ini menunjukkan konsolidasi fiskal yang luar biasa. Kalau dibandingkan terhadap PDB, hanya 2,38 persen dari PDB.

Realisasi pendapatan negara sementara, mencapai 2.626,4 triliun rupiah atau mencapai 115,9 persen dari target dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2022.

Seperti dikutip dari Antara, pendapatan negara ditopang oleh penerimaan perpajakan yang mencapai 2.034,5 triliun rupiah, atau 114,0 persen dari target 1.784,0 triliun rupiah, dan tumbuh 31,4 persen dari penerimaan perpajakan 2021 yang sebesar 1.278,6 triliun rupiah.

Di samping itu, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai 588,3 triliun rupiah, atau 122,2 persen dari target sebesar 481,6 triliun rupiah.

PNBP dalam APBN 2022 juga tercatat tumbuh 28,3 persen dari tahun lalu, sebesar 458,5 triliun rupiah.

Menkeu menjelaskan pendapatan negara, yang juga tumbuh karena kenaikan harga komoditas, termasuk komoditas ekspor unggulan Indonesia. Pendapatan ini digunakan untuk melindungi masyarakat dan perekonomian.

Selain itu, Menkeu menyatakan APBN telah bekerja luar biasa untuk menstabilkan harga, sehingga inflasi sampai akhir 2022 mampu terjaga di level 5,5 persen.

Sri Mulyani menyebutkan, salah satu upaya pengendalian tingkat inflasi adalah melalui pemberian subsidi, terhadap komoditas yang harganya sedang melambung tinggi di tingkat global, seperti minyak.

Ia tak memungkiri Indonesia tidak akan terhindar dari pengaruh kenaikan harga komoditas global, sehingga inflasi sempat merangkak naik, termasuk ketika pemerintah melakukan penyesuaian kenaikan harga BBM. (ANTARA)

Komentar

Berita Lainnya

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi

Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

banner