Jumat, 30 Juni 2023 13:35:24 WIB

RCEP Genjot Ekspor Wasabi Tiongkok
Ekonomi

Eko Satrio Wibowo

banner

Wasabi, yang daun, batang, dan akarnya semuanya dapat dimakan, paling sering dibuat menjadi sawi hijau, bumbu penting untuk masakan Jepang (CMG)

Baoshan, Radio Bharata Online - Eksportir Wasabi di Provinsi Yunnan, barat daya Tiongkok, produsen utama pabrik tersebut, tengah menikmati lonjakan permintaan luar negeri untuk produk mereka. Itu sebagian besar berkat penerapan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), kesepakatan perdagangan terbesar di dunia.

Wasabi, yang daun, batang, dan akarnya semuanya dapat dimakan, paling sering dibuat menjadi sawi hijau, bumbu penting untuk masakan Jepang. Li Baowen, Manajer Umum perusahaan pengolah wasabi di Kota Baoshan, mulai mengekspor produk seperti batang wasabi beku tiga tahun lalu.

"Pesanan membanjir dan kami diperkirakan mengekspor 500 hingga 600 ton tahun ini, dibandingkan dengan hanya lusinan tahun lalu," kata Li.

Untuk mendapatkan lebih banyak klien, pengekspor wasabi lain di kota tersebut telah mendiversifikasi penawaran mereka dengan produk seperti pasta wasabi, bubuk wasabi, dan acar wasabi.

"Bubuk wasabi terutama diekspor ke Eropa dan Amerika. Sekarang kami sedang mengembangkan produk baru seperti makanan ringan atau makanan pembuka wasabi, yang akan menargetkan kota-kota pesisir Tiongkok dan negara-negara Asia Tenggara," ungkap Xue Hao, Manajer Umum perusahaan.

Menurut para eksportir, perjanjian RCEP, yang sekarang berlaku untuk 15 anggota, merupakan pendorong utama pertumbuhan ekspor wasabi. Berdasarkan kesepakatan tersebut, eksportir dapat menikmati pengurangan tarif saat melakukan bisnis dengan mitra dagang di negara-negara seperti Jepang.

"Klien Jepang kami mengatakan perjanjian RCEP telah membantu mengurangi tarif, yang telah meredam dampak depresiasi mata uang," ujar Xue.

Menurut seorang pejabat bea cukai setempat, dalam lima bulan pertama tahun ini, Provinsi Yunnan mengekspor wasabi dan produk terkait senilai 790 ton, atau 19,23 juta yuan (sekitar 40 miliar rupiah), naik 45 persen dari tahun ke tahun.

Komentar

Berita Lainnya

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi

Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

banner