Jumat, 28 Februari 2025 10:42:39 WIB
Optimisme Atas Hasil Perdagangan AS Yang Baru
Ekonomi
Endro

Sebuah kapal kontainer berlabuh di terminal yang didukung IoT di Pelabuhan Tianjin. [Foto/China Daily]
BEIJING, Radio Bharata Online – Kementrian Perdagangan Tiongkok pada hari Kamis mengemukakan, negara ini telah menjaga jalur komunikasi yang terbuka dengan Departemen Perdagangan Amerika Serikat, sebagai tanggapan atas pernyataan Presiden AS Donald Trump, bahwa Washington mungkin mencapai perjanjian perdagangan baru dengan Beijing.
Dalam menghadapi ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung dengan AS, He Yadong, juru bicara kementerian, mengatakan bahwa Tiongkok telah menegaskan kembali penolakan tegasnya terhadap tindakan tarif sepihak yang diberlakukan oleh AS, sambil menegaskan komitmennya untuk melindungi hak dan kepentingannya yang sah.
Pada saat yang sama, Tiongkok menyatakan kesediaannya untuk menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan, melalui dialog dan negosiasi.
Gedung Putih telah mengenakan tarif tambahan sebesar 10 persen pada semua impor Tiongkok, dan mengeluarkan pembatasan pada investasi dua arah kedua negara.
Peningkatan tarif terbaru yang diberlakukan AS telah meluas dalam cakupan dan intensitas, sebuah indikasi jelas bahwa tarif semakin dimanfaatkan sebagai alat, untuk meningkatkan pendapatan fiskalnya.
Cui Fan, seorang profesor perdagangan internasional di Universitas Bisnis dan Ekonomi Internasional, mengatakan, secara khusus, AS jelas bertaruh bahwa penggunaan tarif dapat membantunya mendapatkan konsesi dari mitra dagangnya, termasuk Tiongkok, dalam mengejar tujuan ekonomi dan geopolitiknya yang lebih luas.
Bahkan jika kedua belah pihak akhirnya membuat kemajuan menuju kesepakatan yang komprehensif, ancaman tarif tambahan kemungkinan akan tetap ada, sebagai alat tawar-menawar bagi AS.
Zhou Mi, seorang peneliti di Akademi Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Ekonomi Tiongkok, mengatakan, AS pada dasarnya menembak kakinya sendiri dengan mengejar tindakan proteksionis ini. Pihak yang paling dirugikan adalah konsumen dan bisnis AS, yang menanggung beban "dampak buruk" dari perang dagang. Tarif ini pada dasarnya adalah pajak bagi penduduk AS, yang menaikkan biaya, mulai dari peralatan rumah tangga hingga mobil. Hal ini, pada gilirannya, memicu tekanan inflasi yang menggerogoti daya beli konsumen AS.(chinadaily)
Komentar
Berita Lainnya
Investasi Banyak Masuk ke Jateng, Ganjar: Tingkat Layanan Kita Sangat Serius Ekonomi
Selasa, 4 Oktober 2022 18:8:39 WIB

Perdagangan Jerman mengalahkan ekspektasi pada Agustus , meski ekonomi melambat Ekonomi
Rabu, 5 Oktober 2022 18:2:24 WIB

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi
Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

Pakar: Tren konsumsi sehat mencerminkan kepercayaan konsumen yang kuat Ekonomi
Jumat, 7 Oktober 2022 19:14:0 WIB

Perkiraan uang penjualan pembuat chip TSMC, persaingan melambat Ekonomi
Jumat, 7 Oktober 2022 19:44:54 WIB

Mentan-Menkeu G20 & Bank Dunia Kumpul di AS, Cari Solusi Atasi Krisis Pangan Ekonomi
Rabu, 12 Oktober 2022 9:9:53 WIB

Lebih dari Setengah Mobil Baru akan Menggunakan Listrik pada Tahun 2025 Ekonomi
Kamis, 13 Oktober 2022 21:21:32 WIB

Tibet Melihat Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Tahunan Dua Digit Ekonomi
Kamis, 13 Oktober 2022 21:23:14 WIB

Gara-gara Hujan, Petani Risau Harga Cabai dan Beras Naik Ekonomi
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:37:6 WIB

PLN: Infrastruktur Listrik Kereta Cepat Rampung Juni 2023 Ekonomi
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:43:54 WIB

Antisipasi Resesi Gelap, Sandiaga Uno: Perkuat UMKM dan Kolaborai Ekonomi
Minggu, 16 Oktober 2022 18:8:23 WIB

Huawei akan mendirikan pusat layanan cloud Eropa pertama di Irlandia Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 10:1:4 WIB

14 Negara Tandatangani 100 Kerja Sama Dagang dengan Indonesia Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 15:36:8 WIB

Sri Mulyani Pede Ekonomi RI Tembus 5,5 Persen pada Kuartal III 2022 Ekonomi
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:45:9 WIB
