Jumat, 21 Maret 2025 10:54:20 WIB
Para Ahli Desak Nigeria untuk Tingkatkan Daya Saing untuk Akses Pasar Tiongkok
Ekonomi
Eko Satrio Wibowo

Charles Onunaiyu, Direktur Pusat Studi Tiongkok di Nigeria (CMG)
Abuja, Radio Bharata Online - Para pakar Nigeria telah meminta negara itu untuk "mengubah" sistem produksinya karena berupaya membangun perdagangan ekspor yang lebih kompetitif.
Pembebasan tarif terbaru Tiongkok berlaku untuk ekspor pertanian dan industri dari negara-negara seperti Kenya, Ethiopia, dan Afrika Selatan. Sebagai salah satu mitra dagang Tiongkok terbesar di Afrika, Nigeria berupaya memperoleh pembebasan serupa untuk meningkatkan ekspornya, tetapi beberapa pihak di negara itu yakin ada cara yang lebih baik.
Charles Onunaiyu, Direktur Pusat Studi Tiongkok di Nigeria, berpendapat bahwa Nigeria perlu mengkaji ulang kebijakan perdagangan preferensialnya yang sempit dan sebagai gantinya membangun kualitas penawaran ekspornya.
"Meskipun pemerintah kita meminta lebih, ingatlah bahwa yang akan memberi kita pangsa pasar di pasar Tiongkok yang besar belum tentu aset konsesional. Itu adalah apa yang kita bawa ke pasar. Apakah kita melakukan hal yang benar untuk membawa kualitas terbaik ke pasar? Itulah pertanyaan yang paling penting," kata Onunaiyu.
Neraca perdagangan Nigeria dengan Tiongkok masih belum merata, dengan ekspor sebagian besar berupa bahan mentah, sementara barang jadi mendominasi impor.
Para ekonom mengatakan bahwa meskipun Tiongkok menyediakan peluang perdagangan, eksportir Nigeria menghadapi tantangan signifikan di pasar yang kompetitif ini. Tidak seperti negara-negara Afrika lainnya yang telah mendiversifikasi ekspor mereka, Nigeria terus bergantung pada bahan mentah.
"Peluang yang diberikan Tiongkok kepada Nigeria sebagian besar ada di sektor pertanian, sebagian besar di bidang bahan mentah. Jadi saya pikir kita belum mampu memanfaatkan peluang yang telah dibuka Tiongkok secara memadai, sebagian besar karena peluang yang dibuka Tiongkok tersebut merupakan bidang yang sangat kompetitif," ujar Mustapha Hauwa, seorang ekonom pembangunan.
Lingkungan perdagangan Tiongkok sangat kompetitif sehingga sulit bagi ekspor Nigeria untuk mendapatkan pijakan terhadap pesaing yang lebih kuat.
Para ahli menyoroti hambatan struktural yang menghalangi akses Nigeria ke pasar global dan menekankan bahwa strategi perdagangan Nigeria harus difokuskan pada peningkatan kapasitas produksi dalam negeri daripada hanya mengandalkan pengecualian.
"Lihatlah kegagalannya, rasa malu yang kita alami saat mengekspor ubi jalar misalnya. Anda akan memproduksi ubi jalar dengan cara yang sama, ubi jalar yang sama yang kita produksi di Enugu, dan diekspor ke Maiduguri atau Kano untuk konsumsi dalam negeri. Itulah yang kita anggap dapat kita kemas untuk pasar luar negeri. Tidak seperti itu cara kerjanya," jelas Hauwa.
"Kita perlu mengubah sistem kita. Kita perlu mengubahnya agar responsif terhadap beberapa peluang ini. Jadi bagi saya, ini bukan tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa banyak jumlah barang yang kita miliki yang masuk ke pasar ini. Ini tentang bagaimana kita mengelola proses domestik kita untuk sepenuhnya memanfaatkan peluang ini," kata Onunaiyu.
Para ahli menambahkan bahwa Nigeria harus fokus pada industrialisasi, menegakkan timbal balik perdagangan, dan mengadopsi taktik negosiasi yang lebih kuat untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik. Tanpa perubahan mendasar ini, mendapatkan pengecualian tarif mungkin tidak cukup untuk menutup kesenjangan perdagangan yang besar dengan Tiongkok.
Komentar
Berita Lainnya
Investasi Banyak Masuk ke Jateng, Ganjar: Tingkat Layanan Kita Sangat Serius Ekonomi
Selasa, 4 Oktober 2022 18:8:39 WIB

Perdagangan Jerman mengalahkan ekspektasi pada Agustus , meski ekonomi melambat Ekonomi
Rabu, 5 Oktober 2022 18:2:24 WIB

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi
Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

Pakar: Tren konsumsi sehat mencerminkan kepercayaan konsumen yang kuat Ekonomi
Jumat, 7 Oktober 2022 19:14:0 WIB

Perkiraan uang penjualan pembuat chip TSMC, persaingan melambat Ekonomi
Jumat, 7 Oktober 2022 19:44:54 WIB

Mentan-Menkeu G20 & Bank Dunia Kumpul di AS, Cari Solusi Atasi Krisis Pangan Ekonomi
Rabu, 12 Oktober 2022 9:9:53 WIB

Lebih dari Setengah Mobil Baru akan Menggunakan Listrik pada Tahun 2025 Ekonomi
Kamis, 13 Oktober 2022 21:21:32 WIB

Tibet Melihat Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Tahunan Dua Digit Ekonomi
Kamis, 13 Oktober 2022 21:23:14 WIB

Gara-gara Hujan, Petani Risau Harga Cabai dan Beras Naik Ekonomi
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:37:6 WIB

PLN: Infrastruktur Listrik Kereta Cepat Rampung Juni 2023 Ekonomi
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:43:54 WIB

Antisipasi Resesi Gelap, Sandiaga Uno: Perkuat UMKM dan Kolaborai Ekonomi
Minggu, 16 Oktober 2022 18:8:23 WIB

Huawei akan mendirikan pusat layanan cloud Eropa pertama di Irlandia Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 10:1:4 WIB

14 Negara Tandatangani 100 Kerja Sama Dagang dengan Indonesia Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 15:36:8 WIB

Sri Mulyani Pede Ekonomi RI Tembus 5,5 Persen pada Kuartal III 2022 Ekonomi
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:45:9 WIB
