Kamis, 20 Maret 2025 11:10:19 WIB

Guizhou Manfaatkan Budaya Etnis yang Khas untuk Dorong Revitalisasi Pedesaan
Tiongkok

Eko Satrio Wibowo

banner

Seorang Penyulam di Desa Dong Zhaoxing di Kabupaten Liping, Guizhou (CMG)

Guizhou, Radio Bharata Online - Desa etnis Dong yang berkembang pesat di Provinsi Guizhou, barat daya Tiongkok merupakan bukti upaya yang dilakukan untuk mendorong revitalisasi pedesaan melalui keragaman budaya di wilayah yang dihuni oleh banyak kelompok etnis yang berbeda.

Presiden Tiongkok, Xi Jinping, mengunjungi Desa Dong Zhaoxing di Kabupaten Liping, Guizhou pada Senin (17/3) sore untuk mempelajari inisiatif lokal guna melestarikan budaya etnis minoritas tradisional dan memajukan revitalisasi pedesaan yang komprehensif.

Xi, yang juga Sekretaris jenderal Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok, memuji budaya khas kelompok etnis Dong sebagai "sangat tradisional dan sangat bergaya".

Dikelilingi oleh pegunungan hijau, desa kuno itu memiliki sejarah yang berawal dari Dinasti Song Utara (960-1127), dan merupakan salah satu desa etnis minoritas Dong terbesar di Tiongkok, dengan 5.261 penduduk.

Dalam beberapa tahun terakhir, desa itu telah mengintensifkan upaya untuk menggunakan budaya unik kelompok minoritas tersebut guna menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan penduduk desa melalui budaya dan pariwisata.

Teknik sulaman ujung jari tradisional masyarakat Dong memiliki sejarah panjang dan didukung oleh inisiatif pemerintah yang memungkinkan masyarakat setempat mencari nafkah dari keterampilan lama itu.

"Pola tradisional ini kini telah menjadi produk budaya dan kreatif. Banyak anak muda kembali ke desa untuk mempelajari teknik sulaman dan menjual hasil sulaman melalui e-commerce streaming langsung. Kami telah menerima banyak pesanan. Tahun lalu, puluhan ribu pesanan telah dibuat," kata seorang penyulam setempat.

Desa kuno ini juga memiliki kompleks arsitektur yang menampilkan lima menara genderang yang berbeda, yakni bangunan kayu unik bagi kelompok etnis Dong yang berfungsi sebagai tempat berkumpul bersama. Menara genderang itu dipandang sebagai simbol integrasi berbagai kelompok etnis.

"Sekretaris Jenderal mencatat bahwa budaya etnis minoritas merupakan bagian tak terpisahkan dari peradaban Tiongkok. Lima menara genderang Desa Zhaoxing Dong sangat penting karena melambangkan tidak hanya persatuan keluarga besar kita, tetapi juga kekhasan berbagai cabang dalam keluarga yang harmonis ini," ujar Profesor Yu Yafang dari Fakultas Arsitektur dan Perencanaan Kota Universitas Guizhou.

Desa kuno ini memiliki adat istiadat rakyat yang kaya seperti Festival Lusheng, yang merayakan alat musik rakyat tradisional Tiongkok yang terbuat dari pipa bambu, dan Festival Tahun Baru Dong. Pembuatan kain, kerajinan perak, sulaman, pencetakan lilin, dan Lagu Besar berusia 2.500 tahun dari kelompok etnis Dong merupakan bagian dari berbagai macam warisan budaya takbenda dari kelompok etnis Dong.

Pemerintah setempat telah mengambil pendekatan inovatif terhadap simbol-simbol budaya Dong tersebut, menjadikannya titik fokus untuk mengembangkan pariwisata budaya. Para pejabat mengatakan bahwa upaya ini tidak hanya membantu penduduk desa meningkatkan mata pencaharian mereka, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian budaya lokal.

"Di satu sisi, promosi pariwisata budaya bermanfaat bagi warisan warisan budaya takbenda. Di sisi lain, masuknya wisatawan meningkatkan pendapatan penduduk desa, sehingga penduduk desa setempat lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam warisan dan perlindungan warisan budaya kita. Sambil memastikan perlindungan budaya minoritas etnis lokal yang unik, kami telah mengintensifkan upaya dalam investasi pariwisata dan warisan budaya. Pendekatan ini dapat membantu penduduk setempat meningkatkan pendapatan mereka, dan kemudian mendorong mereka untuk lebih melindungi budaya kita," jelas Xu Xinji, Sekretaris Partai Pertama Desa Zhaoxing.

Komentar

Berita Lainnya