Kamis, 17 Juli 2025 11:3:21 WIB

Pakar: Tiongkok dan Australia akan Fokus pada Kepentingan Bersama seiring Membaiknya Hubungan Bilateral
Ekonomi

Eko Satrio Wibowo

banner

James Laurenceson, Direktur Institut Penelitian Australia-Tiongkok di Universitas Teknologi Sydney (CMG)

Sydney, Radio Bharata Online - Hubungan antara Tiongkok dan Australia telah membaik dan kedua negara akan berfokus pada "kepentingan bersama" mereka sambil mengelola perbedaan mereka dengan baik, ujar seorang pakar Australia di Sydney pada hari Selasa (15/7).

"Saya pikir situasinya telah membaik, terutama jika dibandingkan dengan kondisinya pada tahun 2020 hingga 2022. Tentu saja, membaiknya kondisi ini tidak berarti semuanya berjalan mulus. Namun, saya melihat Canberra dan Beijing saat ini terlibat dalam pendekatan yang sangat jernih dan pragmatis serta konstruktif. Kedua belah pihak menyadari masih adanya perbedaan, tetapi perbedaan tersebut dikelola dengan sangat tenang dan profesional. Dan saya pikir kedua belah pihak menekankan pentingnya kepentingan bersama. Dan jangan lupa, ada banyak kepentingan bersama," kata James Laurenceson, Direktur Institut Penelitian Australia-Tiongkok di Universitas Teknologi Sydney, dalam sebuah wawancara dengan China Global Television Network (CGTN) melalui tautan video.

Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, sedang melakukan kunjungan kenegaraan selama 7 hari di Tiongkok yang bertujuan untuk mempererat hubungan antara kedua negara.

Presiden Tiongkok, Xi Jinping, bertemu dengan Albanese di Beijing pada hari Selasa (15/7). Xi mengatakan bahwa hubungan Tiongkok-Australia telah bangkit dari titik terendah dan mencapai titik balik dalam beberapa tahun terakhir, membawa manfaat nyata bagi rakyat kedua negara.

Menyebut pertemuan tersebut sangat konstruktif, Albanese mengatakan bahwa pembangunan Tiongkok sangat penting bagi Australia, menekankan bahwa Australia tidak menginginkan pemisahan ekonomi dari Tiongkok dan bersedia menjaga kelancaran perdagangan bilateral untuk memajukan kerja sama praktis di berbagai bidang seperti industri hijau, respons perubahan iklim, dan teknologi medis guna mencapai hasil yang saling menguntungkan.

Menurut data dari Biro Statistik Nasional atau National Bureau of Statistics (NBS) yang dirilis pada hari Rabu (16/7), produk domestik bruto (PDB) Tiongkok tumbuh 5,2 persen secara tahunan (year-on-year) pada kuartal kedua tahun 2025.

Data NBS juga menyebutkan PDB negara itu mencapai 34,1778 triliun yuan (sekitar 77.701 triliun rupiah) pada periode yang sama. Laurenceson mengatakan kinerja tersebut mengesankan dari perspektif global.

"Pertumbuhan tahunannya masih di atas 5 persen. Itu cukup mengesankan dalam perbandingan global, dan dari perspektif Australia, kami melihat buktinya dalam data perdagangan kami. Entah saya memikirkan penjualan bijih besi atau litium, volume barang-barang tersebut yang dikirim ke Tiongkok berada pada atau mendekati rekor tertinggi. Jadi, lihat, ekonomi Tiongkok menghadapi tantangan. Pertumbuhannya memang tidak secepat lima tahun lalu. Namun, sekali lagi, dalam perbandingan internasional, kondisinya terlihat cukup baik. Dan saya pikir sebagian besar bisnis Australia cukup senang memiliki eksposur ke Tiongkok, dibandingkan dengan banyak negara lain di seluruh dunia," jelasnya.

Komentar

Berita Lainnya

Seperempat abad yang lalu Ekonomi

Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

banner
Huawei mengumumkan Ekonomi

Kamis, 20 Oktober 2022 10:1:4 WIB

banner