Rabu, 4 September 2024 10:29:20 WIB
Turki Resmi Daftar Jadi Anggota BRICS
International
Endro

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menghadiri pertemuan puncak BRICS dalam foto arsip ini yang diambil pada 27 Juli 2018 di Johannesburg, Afrika Selatan. © Gianluigi Guercia, AFP
ANKARA, Radio Bharata Online - Turki secara resmi telah meminta untuk bergabung dengan kelompok negara-negara emerging market BRICS. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pengaruh global, dan menjalin hubungan baru di luar sekutu tradisionalnya di Barat.
Presiden Recep Tayyip Erdogan di Istanbul pada akhir pekan lalu mengatakan, Turki dapat menjadi negara yang kuat, makmur, bergengsi, dan efektif jika meningkatkan hubungannya dengan Timur dan Barat secara bersamaan.
Menurut sejumlah sumber yang diwawancarai Bloomberg, Pandangan pemerintahan Presiden Erdogan, adalah bahwa pusat gravitasi geopolitik sedang bergeser dari negara-negara maju. Dorongan diplomasi baru negara ini mencerminkan aspirasinya untuk membina hubungan dengan semua pihak di dunia multipolar.
Turki yang wilayahnya sebagian berada di Eropa, dan sebagian lagi masuk Asia, mengajukan permohonan untuk bergabung dengan BRICS beberapa bulan lalu, setelah melihat tidak ada kemajuan dalam upayanya untuk bergabung dengan Uni Eropa yang telah berlangsung puluhan tahun.
Keinginan Turki itu juga disebabkan oleh perpecahan dengan sesama anggota NATO, setelah Turki mempertahankan hubungan dekat dengan Rusia, setelah invasinya ke Ukraina pada tahun 2022.
Sebagaimana diketahui, pengelompokan BRICS, yang diambil dari nama Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, mencakup beberapa negara berkembang terbesar. Kelompok ini mendapat empat anggota baru pada awal tahun, ketika Iran, Uni Emirat Arab, Ethiopia dan Mesir bergabung dalam kelompok tersebut.
Adapun Malaysia, Thailand, dan Azerbaijan, termasuk di antara negara-negara lain yang juga ingin bergabung.
BRICS menyebut dirinya sebagai alternatif terhadap lembaga yang didominasi negara-negara Barat, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional. (Bloomberg)
Komentar
Berita Lainnya
Politisi Jerman Kritik Parlemen Eropa karena Tetap Operasikan Dua Kompleksnya di Tengah Krisis Energi International
Jumat, 7 Oktober 2022 8:37:55 WIB

Patung Kepala Naga dari Batu Pasir Berusia Ratusan Tahun Ditemukan di Taman Angkor Kamboja International
Jumat, 7 Oktober 2022 16:2:20 WIB

Tiga Ekonom Internasional Raih Hadiah Nobel Ekonomi 2022 International
Selasa, 11 Oktober 2022 12:41:19 WIB

Peng Liyuan serukan upaya global untuk meningkatkan pendidikan bagi anak perempuan International
Rabu, 12 Oktober 2022 8:34:27 WIB

Sekjen PBB Serukan Cakupan Sistem Peringatan Dini Universal untuk Bencana Iklim International
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:59:46 WIB

Jokowi Puji Kepemimpinan Xi Jinping: Dekat dengan Rakyat, Memahami Betul Masalah yang Dihadapi Rakyat International
Senin, 17 Oktober 2022 13:29:21 WIB

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International
Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

Australia Janji Pasok Senjata Buat Indonesia International
Jumat, 21 Oktober 2022 9:11:43 WIB

AS Pertimbangkan Produksi Senjata Bersama Taiwan International
Sabtu, 22 Oktober 2022 9:6:52 WIB

Pemimpin Sayap Kanan Giorgia Meloni Jadi PM Wanita Pertama Italia International
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:57:58 WIB

Krisis Di Inggris Membuat Jutaan Warga Sengaja Tidak Makan Biar Hemat International
Minggu, 23 Oktober 2022 7:54:8 WIB

Gunung Kilimanjaro di Tanzania Dilanda Kebakaran International
Minggu, 23 Oktober 2022 15:24:53 WIB

Para Pemimpin Negara Ucapkan Selamat atas Terpilihnya Kembali Xi Jinping International
Senin, 24 Oktober 2022 11:47:39 WIB

Menlu ASEAN Akan Gelar Pertemuan Khusus di Indonesia Bahas Myanmar International
Senin, 24 Oktober 2022 16:57:17 WIB

Konser di Myanmar Berubah Menjadi Horor Saat Serangan Udara Militer Tewaskan Sedikitnya 60 Orang International
Selasa, 25 Oktober 2022 10:2:29 WIB
