Sabtu, 2 November 2024 9:42:58 WIB

Profil HM Lukminto, Pemilik Sritex yang Dinyatakan Pailit
Indonesia

IDNtimes/AP Wira

banner

aji Muhammad Lukminto, sang pendiri PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex

JAKARTA, Radio Bharata Online - Perusahaan tekstil raksasa Tanah Air, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang. Perusahaan tersebut merupakan bisnis keluarga Lukminto, yang didirikan oleh Haji Muhammad Lukminto alias HM Lukminto pada 1982.

Lukminto awalnya hanyalah seorang pedagang kain di Pasar Klewer, Solo, Jawa Tengah. Dia membangun pabrik tekstil pada 1968 dengan keuntungan dari hasil berdagang kain.

Lukminto  yang lahir pada 1 Juni 1946 di Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur, harus melalui masa kelam karena insiden Gerakan 30 September alias G30S/PKI. 

Pasca kejadian kelam itu, pemerintah menerbitkan kebijakan di mana segala hal yang berhubungan dengan etnis Tionghoa dilarang. Hal itu berdampak pada kehidupan Lukminto, karena dia harus putus sekolah saat masih menduduki kursi kelas 2 SMA di SMA Chong Hua Chong Hui.

Pria keturunan Tionghoa ini pun melanjutkan hidupnya dengan bekerja, mengikuti sang kakak, Ie Ay Djing alias Emilia berdagang di Pasar Klewer. Kemudian, di usia ke-20, dia mulai berbisnis tekstil.

Setelah berdagang di Pasar Klewer selama dua tahun, Lukminto mendirikan pabrik cetak pertama di Solo. Pabrik itu menghasikan kain putih dan berwarna.

Mengutip dari laman resmi Sritex, pada 1978, Lukminto mendaftarkan perusahaannya menjadi perseroan terbatas (PT) ke Kementerian Perdagangan dengan nama PT Rejeki Isman atau Sritex.

Akhirnya, pada 1982, dia mendirikan pabrik tenun di Desa Jetis, Sukuharjo. Pabrik Sritex diresmikan Presiden Soeharto pada 3 Maret 1992. Bersama pabrik tekstil lainnya di wilayah Solo, Sritex diminta memproduksi seragam militer untuk Indonesia.

Dari tugas itu, nama Sritex makin dikenal. Bahkan, pada 1994, perusahaan diminta memproduksi seragam militer untuk NATO dan tentara Jerman.

Pada2 013, Sritex melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham SRIL. Setahun kemudian, Lukminto meninggal dunia di Singapura. Dia meninggalkan lima orang anak, Vonny Imelda, Iwan Setiawan, Lenny Imelda, Iwan Kurniawan, dan Margaret Imelda.

Setelah Sritex melantai di Bursa, kepemilikan saham mayoritas bukan lagi di tangan keluarga Lukminto.

Dikutip dari data BEI, pemilik mayoritas saham perusahaan saat ini adalah PT Huddleston Indonesia, dengan porsi saham mencapai 59,03 persen. Sementara publik mengantongi 39,89 persen saham, dan anak-anak H.M Lukminto masing-masing memiliki saham kurang dari 1 persen.

Adapun Iwan Kurniawan Lukminto saat ini menjabat Direktur Utama. Sedangkan kakaknya atau putra sulung H.M Lukminto, yakni Iwan Setiawan Lukminto sebagai komisaris Utama.

Pada 2020 lalu, Iwan Setiawan Lukminto masuk dalam daftar 50 orang terkaya versi Forbes. Dia berada di peringkat 49, dengan kekayaan mencapai 515 juta dolar AS.

Akibat pandemik COVID-19 dan dilanjutkan perang antara Rusia-Ukraina, kinerja Sritex menurun. Bahkan, baru-baru ini perusahaan harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan karyawan karena penurunan kinerja keuangan.

Penjualan perseroan pada tahun lalu tercatat turun drastis. Penjualan konsolidasi sepanjang 2023 sebesar 325 juta dolar AS, merosot 38 persen dibandingkan 2022. Namun rugi bersih menyusut menjadi 174,8 juta dolar AS pada tahun lalu dari tahun sebelumnya sebesar 395,6 juta dolar AS.

Pada Senin, (21/10), Pengadilan Niaga Semarang merilis putusan perkara dengan nomor 2/Pdt.Sus- Homologasi/2024/PN Niaga Smg.

Sritex dinyatakan pailit karena lalai dalam memenuhi kewajiban pembayarannya kepada pemohon berdasarkan Putusan Homologasi tertanggal 25 Januari 2022.

[idntimes]

 

Komentar

Berita Lainnya

Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional Indonesia

Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB

banner
Pertemuan P20 di Buka Indonesia

Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB

banner