Minggu, 5 Januari 2025 9:20:51 WIB
Tiongkok Mengalami Peningkatan Infeksi HMPV, Tetapi Itu Bukan 'Virus Baru'
Kesehatan
Endro

CFP
BEIJING, Radio Bharata Online - Tiongkok telah mengalami peningkatan kasus Human MetaPneumoVirus (HMPV) sejak pertengahan Desember 2024, yang memicu kekhawatiran tentang virus baru. Namun pejabat kesehatan dan para dokter telah meyakinkan masyarakat, bahwa HMPV adalah penyakit pernapasan yang sudah ada sejak lama, meskipun sering kali kurang dikenal.
Media Tiongkok telah melaporkan peningkatan infeksi HMPV, dengan beberapa orang menggambarkan gejala "mirip flu", termasuk pusing, yang mengarah pada spekulasi tentang patogen baru.
Ini terjadi setelah AS juga mengalami lonjakan kasus HMPV sekitar April 2024, dengan media saat itu menyebutnya "kurang dikenal."
Zheng Lishu, seorang peneliti di Institut Virologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC), menjelaskan bahwa HMPV adalah virus umum yang telah beredar di seluruh dunia selama lebih dari 60 tahun, tetapi baru diidentifikasi oleh para ilmuwan pada awal tahun 2000-an, karena tingkat pertumbuhannya yang lambat dan gejala yang tidak spesifik.
Zheng menjelaskan, bagi kebanyakan orang, gejalanya akan berangsur-angsur mereda dalam waktu sekitar seminggu.
Sementara itu Wakil Kepala Departemen Penyakit Menular di Rumah Sakit Xinhua di Shanghai, Ruan Zhengshang, memperingatkan agar orang tidak sembarangan mendiagnosis sendiri HMPV berdasarkan gejala, seperti demam atau pusing. Ia mencatat bahwa HMPV memiliki gejala yang mirip dengan penyakit pernapasan lainnya, termasuk batuk, hidung tersumbat, kelelahan, ketidaknyamanan gastro intestinal, dan bahkan demam tinggi.
Ruan menyarankan agar orang yang mengalami gejala mirip flu, untuk mendapatkan penanganan medis, untuk diagnosis dan pengobatan yang akurat jika gejalanya memburuk.
Kepala Departemen Penyakit Pernapasan di Rumah Sakit Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Zhejiang, Tang Lanfang, mengatakan, meskipun sebagian besar kasus bersifat ringan, sejumlah kecil anak-anak dapat mengalami gelaja pneumonia setelah terinfeksi. Ia menekankan pentingnya pemantauan ketat terhadap anak-anak, orang lansia, dan individu dengan masalah kekebalan tubuh, serta menyarankan perhatian medis segera untuk gejala-gejala seperti demam tinggi yang terus-menerus, lesu, batuk yang semakin parah, dan sesak napas. (CGTN)
Komentar
Berita Lainnya
BPOM Temukan 718.791 Vitamin Ilegal Dijual di Online Shop Selama Pandemi Covid-19 Kesehatan
Kamis, 6 Oktober 2022 13:37:0 WIB

Singapura Hadapi Subvarian Omicron Baru XBB, Harian Naik Lagi 9 Ribu Kasus Kesehatan
Senin, 17 Oktober 2022 10:23:40 WIB

Jokowi: 80 Persen Vaksin COVID-19 yang Digunakan Indonesia Berasal dari RRT Kesehatan
Senin, 17 Oktober 2022 13:43:44 WIB

Wanita dengan Dada Besar Lebih Gampang Kena Kanker Payudara? Kesehatan
Selasa, 18 Oktober 2022 9:49:9 WIB

Kemenkes: Apotek-Nakes Setop Sementara Obat Sirup! Kesehatan
Rabu, 19 Oktober 2022 8:56:53 WIB

Daftar Obat Sirup yang Dilarang dan Ditarik BPOM Kesehatan
Jumat, 21 Oktober 2022 10:15:51 WIB

Kemenkes: Omicron XBB Terdeteksi di Indonesia Kesehatan
Minggu, 23 Oktober 2022 16:42:29 WIB

Shanghai Mulai Berikan Vaksin Booster COVID-19 yang Dihirup Kesehatan
Rabu, 26 Oktober 2022 16:8:34 WIB

Pemerintah Gratiskan Biaya Pengobatan Pasien Gagal Ginjal Akut Kesehatan
Rabu, 26 Oktober 2022 16:21:29 WIB

WHO Rilis Peringatan 8 Obat Sirup yang Dilarang BPOM RI Kesehatan
Jumat, 4 November 2022 15:32:48 WIB

Corona Kembali Meningkat, Pemerintah Prediksi Puncaknya 1-2 Bulan Lagi Kesehatan
Jumat, 4 November 2022 18:46:33 WIB

5 Kebiasaan Penyebab Sariawan, Bukan Kurang Makan Buah Kesehatan
Sabtu, 5 November 2022 7:23:52 WIB

5 Sarapan Bergizi untuk Menurunkan Berat Badan Kesehatan
Minggu, 6 November 2022 7:42:35 WIB

Vaksin Covid-19 Direkomendasikan Jadi Imunisasi Rutin Kesehatan
Minggu, 6 November 2022 7:47:25 WIB

Delta Sungai Yangtze Tingkatkan integrasi melalui digitalisasi Kesehatan
Sabtu, 27 Agustus 2022 1:59:36 WIB