Kamis, 10 April 2025 10:52:11 WIB

Buku Putih: Pencabutan Status Tiongkok sebagai Negara paling Disukai Merusak Fondasi Hubungan Dagang Tiongkok-AS
Ekonomi

Eko Satrio Wibowo

banner

Foto udara kontainer, derek, dan kapal kargo di Shenzhen (CMG)

Tiongkok, Radio Bharata Online - Menurut sebuah buku putih yang dirilis oleh Kantor Informasi Dewan Negara Tiongkok pada hari Rabu (9/4), dorongan Amerika Serikat untuk mencabut status Hubungan Dagang Normal Permanen (Permanent Normal Trade Relations/PNTR) Tiongkok, atau pemberian perlakuan Negara Paling Disukai (Most Favored Nation/MFN) secara permanen, adalah contoh nyata dari unilateralisme dan proteksionisme perdagangan.

Buku putih tersebut, yang berjudul "Posisi Tiongkok pada Beberapa Isu Mengenai Hubungan Ekonomi dan Dagang Tiongkok-AS", bertujuan untuk mengklarifikasi fakta tentang hubungan ekonomi dan perdagangan bilateral antara kedua negara dan memaparkan posisi Tiongkok pada isu-isu yang relevan.

Buku putih tersebut mengatakan bahwa status PNTR adalah pemberat hubungan ekonomi dan perdagangan Tiongkok-AS.

Dorongan AS untuk mencabut status ini melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), merusak hubungan Tiongkok-AS, dan mengganggu tatanan ekonomi global, kata buku putih tersebut.

Menurut buku putih tersebut, aturan WTO mengharuskan anggotanya untuk memberikan perlakuan MFN tanpa syarat kepada semua anggota lainnya, suatu persyaratan yang memiliki kekuatan hukum yang mengikat.

Selama dua dekade terakhir, PNTR telah berfungsi untuk menstabilkan hubungan ekonomi dan perdagangan Tiongkok-AS. Mencabut status PNTR Tiongkok akan membuat hubungan ekonomi dan perdagangan Tiongkok-AS kembali ke ketidakjelasan dan ketidakpastian yang mendahului aksesi Tiongkok ke WTO pada tahun 2001.

Tiongkok menentang tindakan unilateralis dan proteksionis apa pun yang menyabotase sistem perdagangan multilateral dan berharap bahwa AS akan menyadari dengan jelas kemungkinan kerugian yang disebabkan oleh upayanya untuk mencabut status MFN Tiongkok, kata buku putih tersebut.

Buku putih tersebut meminta AS untuk bekerja secara konstruktif dengan mayoritas anggota WTO dalam menjaga tatanan dan lingkungan ekonomi dan perdagangan global yang adil dan wajar.

Komentar

Berita Lainnya

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi

Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

banner