Kamis, 7 November 2024 9:39:47 WIB
Peran Tiongkok Semakin Menonjol Saat Keterbukaan Global Menurun
International
Endro
Upacara pembukaan Pameran Impor Internasional Tiongkok ke-7 dan Forum Ekonomi Internasional Hongqiao diadakan di Pusat Pameran dan Konvensi Nasional, Shanghai, 5 November 2024. /CFP
SHANGHAI, Radio Bharata Online - Indeks Keterbukaan Dunia, yang melacak keterbukaan 129 negara dari tahun 2008 hingga 2023, memandang Tiongkok sebagai salah satu titik terang, ditengah penurunan keterbukaan global secara keseluruhan.
Indeks tersebut merupakan bagian dari Laporan Keterbukaan Dunia 2024, yang dirilis pada hari Selasa, di Forum Ekonomi Internasional Hongqiao ke-7 di Shanghai.
Pada tahun 2023, Indeks Keterbukaan Dunia adalah 0,7542 yang mencerminkan penurunan sebesar 0,12 persen dari tahun 2022, 0,38 persen dari tahun 2019, dan 5,43 persen dari tahun 2008, yang menunjukkan tren penurunan keterbukaan global.
Pertama kali diperkenalkan pada tahun 2021, indeks ini disusun oleh Institut Ekonomi dan Politik Dunia, di Akademi Ilmu Sosial Tiongkok (Chinese Academy of Social Sciences - CASS), bersama dengan Pusat Penelitian untuk Forum Ekonomi Internasional Hongqiao.
Laporan tersebut mencatat, bahwa laju globalisasi ekonomi terus melambat tahun lalu, dengan tingkat keterbukaan dunia secara keseluruhan "dalam defisit."
Laporan yang mencantumkan faktor-faktor utama yang berkontribusi terhadap tren tersebut, menunjukkan bahwa berbagai bentuk unilateralisme dan proteksionisme telah meningkat, pertumbuhan ekonomi global melambat, banyak negara meningkatkan tarif dan tindakan non-tarif, risiko geopolitik meningkat, dan dikombinasikan dengan guncangan seperti pandemi COVID-19.
Zhang Yuyan, ekonom dan akademisi di CASS, mengatakan bahwa jumlah langkah intervensi perdagangan global telah melampaui 4.700 dari tahun 2020 hingga 2023, jauh lebih tinggi daripada jumlah sebelum tahun 2020.
Ekonom peraih Nobel, Christopher Pissarides dalam sebuah simposium setelah laporan tersebut dirilis, mengatakan, sanksi ekonomi menghambat keterbukaan, sehingga memberikan dampak negatif pada globalisasi. Christopher berharap sanksi itu segera berakhir, tetapi dia tidak bisa terlalu yakin. (CGTN)
Komentar
Berita Lainnya
Politisi Jerman Kritik Parlemen Eropa karena Tetap Operasikan Dua Kompleksnya di Tengah Krisis Energi International
Jumat, 7 Oktober 2022 8:37:55 WIB
Patung Kepala Naga dari Batu Pasir Berusia Ratusan Tahun Ditemukan di Taman Angkor Kamboja International
Jumat, 7 Oktober 2022 16:2:20 WIB
Tiga Ekonom Internasional Raih Hadiah Nobel Ekonomi 2022 International
Selasa, 11 Oktober 2022 12:41:19 WIB
Peng Liyuan serukan upaya global untuk meningkatkan pendidikan bagi anak perempuan International
Rabu, 12 Oktober 2022 8:34:27 WIB
Sekjen PBB Serukan Cakupan Sistem Peringatan Dini Universal untuk Bencana Iklim International
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:59:46 WIB
Jokowi Puji Kepemimpinan Xi Jinping: Dekat dengan Rakyat, Memahami Betul Masalah yang Dihadapi Rakyat International
Senin, 17 Oktober 2022 13:29:21 WIB
Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International
Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB
Australia Janji Pasok Senjata Buat Indonesia International
Jumat, 21 Oktober 2022 9:11:43 WIB
AS Pertimbangkan Produksi Senjata Bersama Taiwan International
Sabtu, 22 Oktober 2022 9:6:52 WIB
Pemimpin Sayap Kanan Giorgia Meloni Jadi PM Wanita Pertama Italia International
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:57:58 WIB
Krisis Di Inggris Membuat Jutaan Warga Sengaja Tidak Makan Biar Hemat International
Minggu, 23 Oktober 2022 7:54:8 WIB
Gunung Kilimanjaro di Tanzania Dilanda Kebakaran International
Minggu, 23 Oktober 2022 15:24:53 WIB
Para Pemimpin Negara Ucapkan Selamat atas Terpilihnya Kembali Xi Jinping International
Senin, 24 Oktober 2022 11:47:39 WIB
Menlu ASEAN Akan Gelar Pertemuan Khusus di Indonesia Bahas Myanmar International
Senin, 24 Oktober 2022 16:57:17 WIB
Konser di Myanmar Berubah Menjadi Horor Saat Serangan Udara Militer Tewaskan Sedikitnya 60 Orang International
Selasa, 25 Oktober 2022 10:2:29 WIB