Beijing, Radio Bharata Online - Menurut seorang pakar sejarah militer, Tiongkok memainkan peran yang semakin berpengaruh dalam menjaga stabilitas internasional. Ia mengatakan, parade Hari Kemenangan baru-baru ini di Beijing telah menarik perhatian global terhadap perlunya mengakui peran penting negara tersebut selama Perang Dunia II.

Harold E. Raugh, Jr., Presiden Komisi Sejarah Militer Internasional, berbicara dalam sebuah wawancara di sela-sela Forum Xiangshan Beijing ke-12, yang dimulai di ibu kota Tiongkok pada hari Rabu (17/9).

Acara tiga hari itu merupakan forum keamanan dan pertahanan tahunan terbesar Tiongkok, dengan 1.800 delegasi militer, peneliti, dan perwakilan resmi dari lebih dari 100 negara, kawasan, dan organisasi internasional yang akan menghadiri pertemuan tahun ini yang bertema "Meneguhkan Ketertiban Internasional dan Mempromosikan Pembangunan yang Damai".

Dengan isu-isu keamanan global yang menjadi agenda utama di forum tersebut, Raugh menekankan pentingnya menjunjung tinggi prinsip-prinsip inti pascaperang seperti menghormati kedaulatan nasional dan memandang negara-negara sederajat, serta menggarisbawahi kontribusi historis Tiongkok.

"Saya pikir penghormatan terhadap kedaulatan nasional sangat penting. Bangsa-bangsa perlu saling mengakui, pada dasarnya sebagai pihak yang setara. Perserikatan Bangsa-Bangsa didirikan sebagai entitas internasional yang berbasis aturan. Dan yang sangat penting adalah kontribusi Tiongkok, sebagai bagian dari aliansi dunia, yang memerangi Perang Anti-Fasis Dunia, diakui secara jelas dan tak terbantahkan," ujarnya dalam wawancara dengan China Media Group (CMG) pada hari Rabu.

Raugh juga mencatat perhatian global yang besar terhadap parade militer akbar Tiongkok yang diadakan di Beijing pada 3 September 2025 untuk memperingati 80 tahun kemenangan dalam Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok Melawan Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia.

Ia mengaku menyaksikan liputan media tentang acara tersebut saat berada di Senegal, dan mengatakan bahwa tontonan yang mengesankan itu menyoroti posisi Tiongkok sebagai negara modern dan maju serta mencerminkan makna sejarah penting yang diwakilinya.

"Parade itu sangat mengesankan. Parade itu menampilkan tentara-tentara yang disiplin dan juga menyoroti teknologi tinggi yang telah dikembangkan dalam persenjataan. Orang-orang perlu memahami, mengenali, dan beradaptasi dengannya. Jadi, saya pikir dialog yang diciptakan oleh parade itu penting karena membuat orang berpikir—yang tampaknya jarang mereka lakukan saat ini—apa sebenarnya kontribusi Tiongkok dalam Perang Dunia II? Dan ketika mereka mengetahui bahwa itu sebenarnya perang yang berlapis-lapis, terutama di Tiongkok, ya, kita harus mengakui dan menghargai Tiongkok," ungkapnya.

Raugh lebih lanjut menekankan peran positif Tiongkok dalam menjaga stabilitas global melalui pembangunan domestik dan inisiatif kerja sama internasionalnya.

"Saya pikir Tiongkok melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam berfokus secara internal dan domestik. Dan Tiongkok juga melakukan pekerjaan yang baik, terutama secara ekonomi, untuk mendapatkan pengaruh dan membantu stabilitas di seluruh dunia, di Afrika, melalui Inisiatif Sabuk dan Jalan, dan inisiatif-inisiatif baik lainnya seperti itu," kata Raugh.

Berbicara tentang kemampuan dan kemauan negara untuk menjaga ketertiban dan perdamaian internasional, Raugh yakin Tiongkok dapat terus memberikan pengaruh positif yang signifikan di masa depan.

"Tiongkok dapat memainkan pengaruh yang berkelanjutan dan semakin besar terhadap stabilitas dunia dan tatanan internasional di masa depan," ujarnya.

Sembari menawarkan wawasan tentang situasi internasional saat ini, Raugh, yang juga telah mempelajari secara mendalam kearifan militer tradisional Tiongkok, percaya bahwa sinyal yang dikirim oleh parade militer Tiongkok sangat konsisten dengan konsep strategi militer Tiongkok kuno, Sun Tzu, tentang "menaklukkan musuh tanpa berperang", yang mencerminkan keinginan untuk mencapai perdamaian melalui kekuatan.