Jumat, 28 Maret 2025 14:55:52 WIB
DeepSeek: Revolusi AI dari Tiongkok yang Mengancam Dominasi Teknologi Amerika
Teknologi
OPINI/Muhammad Rizal Rumra

Ilustrasi
Startup Kecerdasan Buatan (AI) asal Tiongkok, DeepSeek, berhasil menarik perhatian global melalui model terbarunya, DeepSeek R1, yang diklaim dapat menyaingi ChatGPT dari OpenAI. Keberhasilan tersebut membuat DeepSeek menduduki posisi teratas di App Store iOS, mengalahkan ChatGPT dalam jumlah unduhan di Amerika Serikat (AS).
Aplikasi ini saat baru diluncurkan, dengan sangat cepat masuk dalam daftar sepuluh besar aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di 111 negara melalui App Store dan 18 negara di Google Play. Meskipun dikembangkan menggunakan teknologi AI dengan biaya rendah, DeepSeek mampu menghadirkan inovasi canggih yang secara efektif bersaing atau bahkan melampaui pesaing seperti ChatGPT. Keberhasilan DeepSeek ini menunjukkan bahwa inovasi dalam bidang AI tidak selalu memerlukan modal yang besar. Salah satu kelebihan utama DeepSeek adalah kemampuannya dalam analisis data, pemrograman, dan pemecahan masalah logika yang sangat mumpuni.
DeepSeek dirancang untuk menyelesaikan berbagai tugas kompleks, seperti matematika, pengkodean, serta mengikuti uji kompetensi seperti Codeforces. Hal ini menjadikannya unggul dibandingkan dengan model AI lain seperti ChatGPT-4 dan Llama 3.1. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana dampak DeepSeek terhadap dominasi teknologi AS dan Barat?.
Seperti yang diketahui, DeepSeek adalah model AI yang dikembangkan oleh DeepSeek AI, sebuah startup yang berbasis di Hangzhou, Tiongkok. Startup ini didirikan oleh High Flyer, sebuah hedge fund Tiongkok dengan visi untuk mengembangkan Kecerdasan Umum Buatan (AGI) yang mampu berpikir dan mengambil keputusan seperti manusia. DeepSeek menawarkan dua model utama, yakni DeepSeek-V3 yang dirilis pada Desember 2024 dan DeepSeek-R1 yang dirilis pada Januari 2025. Kedua model ini dirancang dengan efisiensi tinggi dan biaya rendah, menjadikannya pesaing utama bagi model GPT-4o dari OpenAI.
Sebagai contoh, DeepSeek-V3 mengadopsi arsitektur Mixture-of-Experts (MoE) dengan 671 miliar parameter, meskipun hanya 37 miliar parameter yang aktif per token, menjadikannya lebih hemat sumber daya. Model ini dirancang untuk tugas-tugas umum, seperti menjawab pertanyaan sehari-hari, pemrosesan bahasa alami, hingga pembuatan konten kreatif. Dengan jendela konteks mencapai 128.000 token dan output yang dapat mencapai 8.000 token, model ini sangat efisien dalam menangani berbagai tugas.
Sementara itu, DeepSeek-R1 menggunakan teknik reinforcement learning dan Chain-of-Thought (CoT) untuk meningkatkan kemampuan penalaran serta pemecahan masalah kompleks. Kapasitas outputnya mencapai 32.000 token, sehingga cocok untuk tugas-tugas yang memerlukan analisis mendalam, seperti matematika tingkat lanjut dan pemrograman.
DeepSeek R1 dibangun di atas fondasi DeepSeek-V3, namun dengan penekanan yang lebih besar pada pemikiran logis dan sistematis. Efisiensi model ini juga tercermin dalam biaya pengembangannya, yang hanya menghabiskan sekitar 6 juta dolar AS (sekitar 97 miliar rupiah), jauh lebih rendah dibandingkan biaya pengembangan GPT-4 yang mencapai 63 juta dolar AS (sekitar 1 triliun rupiah).
Dengan demikian, dapat dibedakan bahwa DeepSeek-V3 menggunakan arsitektur MoE yang memungkinkan model besar dengan miliaran parameter hanya mengaktifkan bagian tertentu saat memproses token, sehingga lebih hemat daya. Sementara DeepSeek-R1 menerapkan teknik CoT, yang memecah pertanyaan kompleks menjadi langkah-langkah kecil untuk menghasilkan jawaban yang lebih akurat dan logis.
Selain itu, DeepSeek diketahui menggunakan 2.048 unit GPU Nvidia H800, yang memiliki spesifikasi lebih rendah dibandingkan GPU H100 yang digunakan oleh OpenAI. Namun, dengan teknik distilasi, DeepSeek berhasil memaksimalkan performa modelnya tanpa mengorbankan efisiensi. Keberhasilan DeepSeek ini menandai titik balik dalam lanskap geopolitik teknologi global. Ini bukan hanya tentang inovasi teknologi, melainkan juga mencerminkan pergeseran fundamental dalam keseimbangan kekuatan digital antara AS dan Tiongkok.
Dampak ekonomi yang ditimbulkan setelah peluncuran DeepSeek sangat signifikan. Beberapa perusahaan teknologi besar asal AS, seperti Nvidia, Broadcom, dan Taiwan Semiconductor Manufacturing mengalami penurunan harga saham yang drastis, menunjukkan betapa besar guncangan terhadap hegemoni teknologi AS yang sudah mapan.
Fenomena ini juga menggarisbawahi bahwa pembatasan akses Tiongkok terhadap chip-chip canggih dari AS justru mendorong terciptanya inovasi yang lebih efisien dan mandiri. Ini mencerminkan bagaimana kebijakan proteksionis AS, yang semula dimaksudkan untuk memperlambat kemajuan teknologi Tiongkok, justru memicu terobosan-terobosan yang lebih menguntungkan.
Menanggapi kebangkitan DeepSeek, Presiden AS Donald Trump meluncurkan proyek Stargate senilai 500 miliar dolar AS (sekitar 8 kuadriliun rupiah). Kebijakan ini menggambarkan kekhawatiran AS terhadap erosi dominasi teknologinya. Pihak AS menganggap bahwa inovasi AI Tiongkok seperti DeepSeek, berpotensi untuk mengancam posisi dominan AS dalam pengembangan teknologi.
Ini semua berkat keunggulan DeepSeek yang terletak pada kemampuannya untuk menyelesaikan masalah yang kompleks, seperti matematika dan pemrograman. Model ini mampu memberikan solusi yang lebih efisien dan lebih terjangkau daripada platform AI dari negara-negara Barat, yang umumnya mengandalkan investasi besar.
Dengan layanan yang diberikan secara gratis, DeepSeek menawarkan alternatif yang lebih terjangkau, yang sangat penting bagi negara-negara berkembang. Situasi ini juga menunjukkan bahwa teknologi dapat diakses lebih demokratis, memberi peluang lebih besar bagi negara-negara yang membutuhkan solusi AI yang lebih ekonomis.
Makanya, munculnya DeepSeek menandai fase baru dalam persaingan digital global terutama antara AS dan Tiongkok. Kompetisi ini tidak hanya sebatas perang dagang atau persaingan ekonomi, melainkan juga merupakan perebutan dominasi dalam infrastruktur digital masa depan. Keunggulan DeepSeek tidak terletak pada seberapa besar anggaran atau akses terhadap perangkat keras terbaik, melainkan pada kemampuan untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada dan menciptakan solusi inovatif meskipun terbatas oleh keterbatasan.
Fenomena ini menggarisbawahi bahwa di dunia teknologi yang semakin kompetitif, keberhasilan bukan hanya bergantung pada besarnya anggaran, tetapi juga pada kreativitas dan kemampuan untuk beradaptasi dengan keadaan. DeepSeek, dengan pendekatan inovatif dan efisiensi tinggi, memberikan pelajaran penting bagi negara-negara berkembang tentang bagaimana teknologi dapat dikembangkan dengan biaya rendah tanpa mengorbankan kualitas dan kemampuan.
Oleh karena itu, keberhasilan DeepSeek telah menandai pergeseran yang signifikan dalam dominasi teknologi global. Tiongkok, yang sebelumnya dipandang sebagai pengekor dalam inovasi teknologi, kini menunjukkan bahwa mereka mampu menjadi pemimpin dalam menciptakan teknologi yang inovatif dan efisien.
DeepSeek membuktikan bahwa kualitas dan efisiensi bukanlah hal yang saling bertentangan, dan bahwa pembatasan tidak selalu dapat menghentikan kemajuan.Keberhasilan ini menunjukkan bahwa dunia teknologi bergerak menuju masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan, di mana inovasi dapat berkembang tanpa harus bergantung pada sumber daya besar.
Komentar
Berita Lainnya
“Memperkuat Pemulihan Ekonomi Regional di Tengah COVID-19†Teknologi
Selasa, 3 November 2020 9:42:13 WIB
Prioritas Agenda Kerja Sama Tiongkok-ASEAN Teknologi
Selasa, 3 November 2020 9:58:24 WIB
CMG Siap Beritakan CIIE ke-3 Teknologi
Rabu, 4 November 2020 1:22:22 WIB
Jalur Kereta Cepat Lintas Laut Pertama di Tiongkok Teknologi
Rabu, 4 November 2020 2:36:52 WIB
Tiongkok Tegas Menentang Terorisme dan Kejahatan Kekerasan Dalam Bentuk Apa Pun Teknologi
Kamis, 5 November 2020 0:59:28 WIB
Han Zheng Hadiri Upacara Pembukaan CIIE Ke-3 Teknologi
Jumat, 6 November 2020 1:14:28 WIB
Roket Tiongkok Long March-6 Bawa 13 Satelit Sekaligus Sukses Meluncur ke Orbit Teknologi
Jumat, 6 November 2020 19:42:36 WIB
Agregat Ekonomi Shanghai Naik ke Urutan Keenam Dunia Teknologi
Sabtu, 7 November 2020 0:45:28 WIB
Metamorfosis Wuhan dari Pusat Corona menjadi Primadona Wisata Teknologi
Sabtu, 7 November 2020 0:51:48 WIB
Alibaba Cloud Bukukan Pendapatan Rp32 Triliun pada Kuartal Ketiga 2020 Teknologi
Minggu, 8 November 2020 20:0:28 WIB
Tiongkok Gelar Harbolnas Terbesar di Dunia Teknologi
Selasa, 10 November 2020 19:55:39 WIB
Peminat Bahasa Jawa di China membeludak, kelas dibatasi Teknologi
Rabu, 11 November 2020 20:50:24 WIB
Biro Pos Nasional: Jumlah Kiriman Paket via Jasa Kurir Hari Belanja “11.11†Cetak Rekor Baru Teknologi
Rabu, 11 November 2020 22:3:29 WIB
100 Pebisnis Asing Pelajari Proposal Five-year Plan ke-14 China Teknologi
Kamis, 12 November 2020 21:8:43 WIB