Kamis, 11 Mei 2023 11:9:27 WIB

IMF: Negara-Negara Berkembang di Asia Pasifik akan Dorong Pertumbuhan Global 2023
Ekonomi

Eko Satrio Wibowo

banner

Gita Gopinath, Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF (CMG)

Tiongkok, Radio Bharata Online - Menurut seorang pejabat Dana Moneter Internasional (IMF), Asia-Pasifik akan menjadi pendorong ekonomi dunia yang signifikan pada tahun 2023, sebagian besar karena peningkatan tingkat pertumbuhan di negara-negara berkembang di kawasan tersebut. 

Menurut laporan IMF terbaru "Regional Economic Outlook", kawasan Asia-Pasifik akan menjadi titik yang relatif cerah dengan latar belakang pemulihan ekonomi global yang sulit. Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik diperkirakan akan meningkat dari 3,8 persen pada 2022 menjadi 4,6 persen pada 2023.

Gita Gopinath, Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF, menguraikan analisisnya tentang proyeksi pertumbuhan di kawasan tersebut dalam sebuah wawancara baru-baru ini.

"Asia-Pasifik, seperti biasa, telah menjadi pendorong pertumbuhan global yang sangat penting, dan tahun ini, khususnya pada tahun 2023, jika Anda melihat paruh kedua tahun ini, sekitar 75 persen pertumbuhan berasal dari Wilayah Asia-Pasifik, Tiongkok dan India memainkan peran yang sangat penting dalam angka pertumbuhan yang kita lihat ini," ungkap Gopinath.

"Konon, ada variasi antar negara di kawasan Asia Pasifik. Kalau melihat Asia maju, kalau melihat Jepang misalnya, Korea, pertumbuhannya melambat dibanding tahun lalu, apalagi kalau melihat Korea, Anda lihat itu. Tetapi jika Anda melihat Asia yang sedang berkembang, di situlah Anda melihat pertumbuhan tahun ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya, jadi ada variasi. Tidak semuanya satu cerita, tetapi secara keseluruhan kawasan ini pasti berjalan dengan baik," tambahnya.

Gopinath juga berbagi pandangannya tentang pemulihan ekonomi Tiongkok yang cepat. Ia mencatat bahwa pertumbuhan yang melambat di belahan dunia lain merupakan hambatan utama bagi negara itu untuk kembali ke tingkat pertumbuhan pra-pandemi.

"Sebagian besar dari pertumbuhan yang kami lihat untuk Tiongkok tahun ini dibandingkan tahun lalu adalah karena pembukaan kembali. Jadi saya pikir kami mengalami pemulihan dalam konsumsi swasta, yang kami perkirakan akan terlihat, semakin kuat, dan itu adalah sebuah bagian penting dari pertumbuhan yang kuat, tetapi pada saat yang sama, kita harus ingat bahwa investasi swasta masih lemah di Tiongkok, lagi-lagi terkait dengan kelemahan sektor real estat, dan sekali lagi ekspor bisa menjadi angin sakal karena kita melihat AS dan Eropa melambat, yang berarti permintaan mereka untuk produk dari seluruh dunia akan melambat. Sehingga akan berdampak negatif pada Tiongkok," paparnya.

Direktur pelaksana tersebut juga menyatakan harapan bahwa kebijakan moneter Tiongkok dapat mencapai keseimbangan antara meningkatkan dan mendukung konsumsi penduduk.

"Yang penting, kami percaya, kebijakan fiskal di Tiongkok harus tetap menjadi sikap fiskal yang netral, tetapi harus mendukung rumah tangga dari sisi komposisi, harus dapat lebih memberikan dukungan kepada rumah tangga, sehingga dapat lebih meningkatkan konsumsi swasta, dan kami juga berpikir kebijakan moneter harus akomodatif. Itu bisa datang bersamaan dengan beberapa pemotongan suku bunga, memberikan akomodasi yang lebih besar," jelasnya.

Komentar

Berita Lainnya

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi

Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

banner