Jumat, 4 Oktober 2024 11:0:39 WIB

Warga Eropa Ungkapkan Kekhawatiran atas Kebijakan Tarif Uni Eropa terhadap Tiongkok
International

Eko Satrio Wibowo

banner

Seorang warga Paris (CMG)

Paris, Radio Bharata Online - Ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung antara Eropa dan Tiongkok atas kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) buatan Tiongkok menimbulkan kekhawatiran tentang potensi kerusakan yang dapat terjadi pada hubungan dagang Tiongkok-UE yang berharga di sektor lain.

Komisi Eropa, badan eksekutif blok tersebut, memutuskan pada awal Juli 2024 bahwa tarif sementara hingga 37,6 persen akan dikenakan pada EV buatan Tiongkok.

Pada tanggal 20 Agustus 2024, komisi tersebut menerbitkan rancangan rencana untuk menjadikan tarif tersebut definitif, dengan tarif yang sedikit direvisi, tergantung persetujuan negara-negara anggota Uni Eropa.

Menurut informasi yang diungkapkan, tarif pajak anti-subsidi untuk tiga perusahaan EV Tiongkok yang dijadikan sampel, yakni BYD, Geely, dan SAIC, masing-masing adalah 17,0 persen, 19,3 persen, dan 36,3 persen.

Beberapa negara Eropa seperti Jerman dan Spanyol telah mengkritik tindakan tersebut karena khawatir akan kemungkinan perang dagang dengan Tiongkok.

Beberapa penduduk di Paris, ibu kota Prancis, juga berbagi pandangan mereka tentang sengketa EV dengan reporter China Global Television Network (CGTN).

"Saya tidak terlalu tertarik dengan mobil listrik. Saya mendengar dari orang-orang yang mengatakan bahwa ketika mereka mengendarai mobil listrik, jarak tempuhnya akan sangat cepat berkurang. Selain itu, tidak mudah untuk mengisi ulang daya mobil di jalan bebas hambatan," kata seorang warga.

"Jika suatu saat Tiongkok dikenai pajak atas kendaraan listrik di pasar Eropa, mereka dapat melakukan hal yang sama dan mengambil alih pangsa pasar kami untuk beberapa produk Eropa dan khususnya Prancis. Prancis memiliki kehadiran internasional yang kuat di sektor minuman keras dan barang mewah. Jadi, ada risikonya," kata warga lainnya.

Ada peringatan dari beberapa eksportir Prancis bahwa tarif terhadap Tiongkok di sektor otomotif dapat berdampak negatif pada industri lain seperti cognac.

Tiongkok meluncurkan penyelidikannya sendiri awal tahun ini terhadap minuman keras berbahan dasar anggur Eropa.

Merek Prancis merupakan 99 persen dari impor cognac Tiongkok yang menimbulkan kekhawatiran di antara beberapa produsen cognac Prancis.

"Pertama-tama, saya yakin mereka akan mencoba menjual lebih banyak di pasar Eropa, dan khususnya di Prancis. Saya yakin banyak pabrik besar cognac akan tetap bertahan di pasar, namun pabrik-pabrik kecil akan tutup karena mereka tidak akan bisa menjual produk mereka lagi," kata Clara Punch, Manajer Perusahaan Cognac di Prancis.

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner