Selasa, 3 Desember 2024 10:53:15 WIB

Ancaman Tarif Trump Juga Menargetkan Negara-Negara BRICS
International

Endro

banner

Orang-orang berjalan melewati papan yang menampilkan nilai tukar mata uang dolar AS dan Euro terhadap rubel Rusia di Moskow, Rusia, 27 November 2024. [Foto/Kantor berita]

BEIJING, Radio Bharata Online - Amerika Serikat tampaknya mengambil sikap menentang negara-negara berkembang yang mencari alternatif dolar, yang menurut beberapa ahli dapat menjadi bumerang.

Pada Sabtu malam lalu, Presiden terpilih AS Donald Trump, mengancam akan mengenakan tarif 100 persen pada negara-negara BRICS, yang meliputi Tiongkok dan Rusia, yang tidak menggunakan dolar sebagai mata uang cadangan mereka.

Di situs web Truth Social miliknya, merujuk pada blok yang juga mencakup Brasil, India, dan Afrika Selatan, ditambah anggota baru BRICS, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, Trump mengatakan, gagasan bahwa negara-negara BRICS mencoba menjauh dari dolar, sementara kita (AS) berdiam diri dan menonton, sudah BERAKHIR.

Trump menambahkan, "Kami menuntut komitmen dari negara-negara ini, bahwa mereka tidak akan menciptakan mata uang BRICS baru, atau mendukung mata uang lain untuk menggantikan dolar AS yang perkasa, atau mereka akan menghadapi tarif 100 persen, dan harus siap mengucapkan selamat tinggal pada penjualan ke pasar AS yang luar biasa.

Minggu lalu, presiden terpilih itu mengatakan, ia akan mengenakan tarif 25 persen pada Kanada dan Meksiko, jika mereka tidak membendung imigrasi ilegal ke AS, dan akan meningkatkan tarif yang ada pada Tiongkok sebesar 10 persen.

Selama kampanye kepresidenannya, Trump juga memberlakukan tarif 60 persen pada semua impor Tiongkok.

Kedutaan Besar Tiongkok di Washington mengatakan pada tanggal 25 November, bahwa Tiongkok yakin kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan AS "saling menguntungkan", dan "tidak ada yang akan memenangkan perang dagang atau perang tarif".

Ajay Srivastava, pendiri Global Trade Research Initiative di India, mengatakan kepada Times of India: bahwa "AS memiliki sejarah memanfaatkan pengaruhnya terhadap sistem keuangan global, seperti jaringan SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication), untuk menjatuhkan sanksi sepihak. SWIFT sangat penting untuk transaksi keuangan internasional yang aman dan terstandarisasi.

Dengan memblokir negara-negara seperti Rusia dan Iran untuk mengakses SWIFT, AS secara efektif telah mendominasi infrastruktur keuangan global, memaksa negara-negara lain untuk mencari mekanisme pembayaran alternatif untuk melanjutkan perdagangan yang sah. 

Srivastava mengatakan "Ancaman Trump tidak realistis". (China Daily)

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner