Rabu, 14 Juni 2023 11:7:34 WIB

Pakistan membayar minyak Rusia dalam Yuan
Ekonomi

Endro

banner

Yuan Tiongkok Foto:VCG

BEIJING, Radio Bharata Online - Menteri perminyakan Pakistan pada hari Senin melaporkan, bahwa negara ini telah membayar dengan yuan, untuk perdagangan minyak dengan Rusia.  Dengan demikian, Pakistan menjadi negara terbaru yang bergabung dalam kampanye de-dolarisasi global.

Analis mengatakan bahwa langkah Pakistan mengirimkan sinyal positif, lebih banyak negara telah mulai menerima yuan sebagai alat pembayaran lintas batas. Ini juga berarti bahwa fungsi mata uang Tiongkok sebagai mekanisme penyelesaian internasional dan alat sirkulasi, semakin menguat.

Mereka mengatakan bahwa itu adalah tren jangka panjang yang tak terbendung.

Pakistan membayar impor pertama pemerintah-ke-pemerintah (G to G) dari minyak mentah Rusia yang didiskon dalam yuan.

Mengutip menteri perminyakan Pakistan Musadik Malik, Reuters melaporkan pada hari Selasa, bahwa pembelian tersebut adalah kesepakatan G to G pertama Pakistan dengan Rusia.  Kesepakatan itu terdiri dari 100.000 ton, dimana 45.000 ton telah berlabuh di pelabuhan Karachi, dan sisanya dalam masih perjalanan. Pakistan melakukan pembelian tersebut pada bulan April.

Tu Yonghong , seorang profesor di Institut Moneter Internasional di Renmin University of China di Beijing, kepada Global Times mengatakan, ini adalah perilaku pasar yang menggunakan mata uang pihak ketiga, untuk penyelesaian lintas batas, yang menunjukkan bahwa negara-negara lain semakin menerima yuan sebagai mata uang internasional.

Pada bulan Februari, Bank Sentral Irak mengatakan bahwa mereka berencana untuk menyelesaikan perdagangan dengan Tiongkok dalam yuan, untuk meningkatkan akses Irak ke mata uang asing.

Kantor berita Xinhua melaporkan, China National Offshore Oil Corp dan Total Energies Prancis, telah menyelesaikan perdagangan gas alam cair pertama dalam mata uang yuan pada bulan Maret.

Zhou Mi, seorang peneliti senior di Akademi Perdagangan Internasional dan Kerjasama Ekonomi Tiongkok kepada Global Times mengatakan, bahwa pengalaman penggunaan yuan oleh negara-negara ini, membantu mengumpulkan data penggunaan yuan dalam skala yang lebih besar, dan membuktikan lebih banyak negara cenderung mengikutinya. (Global Times)

Komentar

Berita Lainnya

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi

Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

banner