Rabu, 15 Maret 2023 11:1:21 WIB

Runtuhnya SVB and Signature Bank Jadi Bukti Ketidakstabilan Ekonomi AS?
Ekonomi

Eko Satrio Wibowo

banner

Akademisi di Institut Studi Keuangan Chongyang Universitas Renmin, John Ross (cctvplus)

Beijing, Radio Bharata Online - Seorang Akademisi di Institut Studi Keuangan Chongyang Universitas Renmin, John Ross, menyatakan bahwa runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank menunjukkan ekonomi AS tidak stabil dan perselisihan perbankan akan mempersulit negara untuk mengendalikan inflasi. 

Ross mengatakan kepada China Global Television Network (CGTN) dalam sebuah wawancara baru-baru ini bahwa melihat bank terbesar kedua dan ketiga dalam sejarah AS itu runtuh hanya dalam kurun waktu satu pekan saja adalah tanda kerapuhan ekonomi AS.

"Kedengarannya agak teknis tapi ini pertanyaan tentang apa yang disebut inversi kurva imbal hasil. Artinya, suku bunga jangka pendek di Amerika Serikat menjadi lebih tinggi daripada suku bunga jangka panjang. Ini sangat, sangat jarang. Hanya saja terjadi setiap 10 tahun sekali, dan mulai terjadi Juli lalu. Oleh karena itu, di satu sisi, Anda memiliki propaganda oleh Amerika Serikat, mengatakan bahwa situasinya sangat baik," ujar Ross. 

"Presiden Biden melakukan konferensi pers untuk mengatakan betapa indahnya situasinya. Tetapi jika Anda melihat uangnya, bukan kata-katanya, ada sesuatu yang sangat salah. Dan itu telah terjadi sejak sekitar Juli tahun lalu dan kemudian meledak hanya selama akhir pekan lalu," lanjutnya.

Ross mengatakan pun mengatakan bahwa ia secara pribadi tidak berpikir gejolak akhir pekan di sektor perbankan AS adalah momen Lehman baru, karena ketidakseimbangan bank internasional tak separah situasi tahun 2008.

Ia juga menjelaskan kalau saat keruntuhan Lehman dan krisis keuangan global pada tahun 2008, Amerika Serikat mengalami defisit neraca pembayaran yang tidak berkelanjutan sekitar 6 persen dari PDB. Saat ini defisit turun menjadi 3 persen dari PDB, jadi, meski situasinya tidak seburuk tahun 2008, itu masih akan mempengaruhi stabilitas jangka panjang ekonomi AS. 

"Dan ini menunjukkan kepada Anda bahwa situasi ekonomi AS tidak stabil, dan itu akan memiliki konsekuensi negatif, terutama dalam perjuangan melawan inflasi. The Fed akan lebih khawatir bahwa kenaikan suku bunganya akan menyebabkan krisis yang sangat buruk dalam sistem keuangan. Ini akan menjadi lebih hati-hati, dan itu berarti akan lebih sulit mengendalikan inflasi. Dan kita tahu dalam jangka menengah, inflasi adalah salah satu hal paling tidak stabil yang mungkin Anda alami dalam perekonomian,” jelas Ross.

Merefleksikan kemungkinan limpahan krisis perbankan AS ke Tiongkok, Ross mengatakan bahwa ekonomi Tiongkok jauh lebih tangguh dan tahan goncangan ketimbang Amerika Serikat.

"Jadi, perusahaan-perusahaan negara di Tiongkok ini, karena mereka dapat menaikkan dan menurunkan tingkat investasinya, memberi Tiongkok tindakan anti-krisis yang jauh lebih kuat daripada negara lain. Kunci keberhasilan ekonomi Tiongkok adalah, yang baru-baru ini adalah struktur yang dibuat pada tahun 1978, dan yang berlanjut hingga saat ini, dan yang dipertahankan, yang merupakan kombinasi di satu sisi, perusahaan-perusahaan sangat besar yang dimiliki oleh negara dan akan menjadi tulang punggung yang kokoh bagi ekonomi dan kebetulan, memberikan potensi anti-krisis yang luar biasa," paparnya.

Komentar

Berita Lainnya

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi

Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

banner