Kamis, 15 Agustus 2024 11:9:21 WIB

Pakar: Kunjungan Perdana Menteri Fiji ke Tiongkok Dapat Tingkatkan Hubungan Bilateral
International

Eko Satrio Wibowo

banner

Niu Li, Direktur eksekutif Pusat Penelitian Studi Pasifik di Universitas Studi Luar Negeri Beijing (CMG)

Beijing, Radio Bharata Online - Tur Perdana Menteri Fiji, Sitiveni Rabuka, ke Tiongkok yang sedang berlangsung merupakan kesempatan besar bagi kedua negara untuk meningkatkan hubungan dalam pengurangan kemiskinan, pembangunan infrastruktur dan bersama-sama memerangi perubahan iklim, kata seorang pakar pada hari Rabu (14/8).

Rabuka mengunjungi daerah perbatasan di Provinsi Yunnan, barat daya Tiongkok pada hari Selasa (13/8) dan memuji skala upaya pembangunan pedesaan Tiongkok yang sangat besar, dan mengatakan bahwa ia berharap dapat memperdalam kerja sama dengan negara tersebut di masa mendatang. Perjalanannya ke pedesaan Yunnan merupakan bagian dari kunjungan resmi 10 hari ke Tiongkok dari tanggal 12 hingga 21 Agustus 2024.

Niu Li, Direktur eksekutif Pusat Penelitian Studi Pasifik di Universitas Studi Luar Negeri Beijing, berbicara kepada China Global Television Network (CGTN) tentang pentingnya kunjungan Rabuka tersebut.

"Fiji memiliki sekitar satu juta penduduk. Namun, [sepertiga dari] penduduknya masih hidup dalam kemiskinan, dan sebagian besar dari mereka tinggal di daerah pedesaan dan bahkan daerah luar pulau. Jadi dengan kedatangan perdana menteri Fiji untuk mengunjungi Provinsi Yunnan -- faktanya, sebelum dia, delegasi tingkat tinggi lainnya juga datang ke Tiongkok di desa-desa untuk belajar dan mengunjungi desa-desa bagaimana desa-desa (dipengaruhi oleh) kebijakan Tiongkok dan apa yang ditingkatkan di desa-desa tersebut, sehingga mereka dapat belajar dari pengalaman tersebut," katanya.

Berbicara tentang perjalanan Rabuka ke Yunnan, sebuah provinsi yang memiliki sumber daya etnis dan budaya yang kaya, Niu mengatakan kedua negara dapat berbagi pengalaman dalam melindungi budaya minoritas dan keragaman budaya.

"Salah satu (hal) penting yang mereka pelajari dari Tiongkok adalah mempercepat pengentasan kemiskinan, pengentasan kemiskinan industri, pendidikan, asuransi sosial, dll. Pada saat yang sama, mereka pergi ke Yunnan, mereka mengatakan bahwa mereka sangat terkesan dengan (upaya) Tiongkok berkonsentrasi pada budaya minoritas dan keragaman budaya," katanya.

Fiji adalah negara Kepulauan Pasifik pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Tiongkok. Sejak saat itu, hubungan kedua negara terus berkembang. Selama bertahun-tahun, Fiji telah menjalin hubungan dekat dengan Tiongkok dalam urusan ekonomi, perdagangan, dan perubahan iklim.

Perdagangan antara kedua negara berkembang pesat. Pada tahun 2023, volume perdagangan mencapai 530 juta dolar AS (sekitar 8,3 triliun rupiah). Data dari Administrasi Umum Bea Cukai Tiongkok menunjukkan bahwa pada paruh pertama tahun 2024, perdagangan bilateral mencapai 249 juta dolar AS (sekitar 3,9 triliun rupiah), naik sekitar 16 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Kemitraan ini juga mengalami kemajuan dalam infrastruktur. Jembatan Vatuwaqa di Fiji, Jembatan Stinson, Kompleks Olahraga Serbaguna Suva, dan Rumah Sakit Navua merupakan proyek-proyek utama di bawah Prakarsa Sabuk dan Jalan yang diusulkan Tiongkok.

Pariwisata memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi Fiji, menyumbang hingga 40 persen dari Produk Nasional Bruto-nya. Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan bebas visa antara kedua negara telah semakin meningkatkan perjalanan sehingga mendatangkan lebih banyak wisatawan Tiongkok ke Fiji.

Tiongkok telah menawarkan beasiswa kepada mahasiswa Fiji sejak 1984. Banyak warga Fiji kini menempuh pendidikan tinggi di Tiongkok.

Perubahan iklim telah memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara-negara Kepulauan Pasifik. Ini adalah area yang ingin diubah Tiongkok dengan beberapa tujuan yang ambisius. Niu yakin kunjungan Rabuka akan memperkuat kerja sama antara Tiongkok dan Fiji dalam perubahan iklim dan pembangunan ekonomi.

"Menurut saya, perubahan iklim tidak hanya terjadi di Fiji, tetapi juga negara-negara Kepulauan Pasifik lainnya. Pemanasan global dan perubahan iklim menimbulkan ketakutan ini. Fiji dan negara-negara Kepulauan Pasifik lainnya berada di garis depan perubahan iklim. Antara Tiongkok dan Fiji, saya pikir karena Fiji merupakan pelabuhan transportasi, dan karena ekonomi Fiji berkembang lebih awal dan lebih baik daripada negara-negara Kepulauan Pasifik lainnya. Saya pikir dengan kunjungan perdana menteri Fiji, Tiongkok dan Fiji dapat bekerja sama di bawah kerangka kerja perubahan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan khususnya untuk infrastruktur, energi, energi baru, dan juga menyusun kebijakan tersebut untuk menggabungkan Prakarsa Sabuk dan Jalan Tiongkok dengan Strategi 2050 Kepulauan Pasifik," jelasnya.

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner