Rabu, 17 Mei 2023 14:8:27 WIB

PBB Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok 2023 Menjadi 5,3 Persen
Ekonomi

Eko Satrio Wibowo

banner

Hamid Rashid, Kepala Cabang Pemantauan Ekonomi Global dari Divisi Analisis dan Kebijakan Ekonomi DESA (CMG)

New York, Radio Bharata Online - Menurut laporan Situasi dan Prospek Ekonomi Dunia 2023 versi PBB yang dirilis pada hari Selasa (16/5), perkiraan pertumbuhan ekonomi Tiongkok untuk tahun ini telah dinaikkan menjadi 5,3 persen, naik 0,5 poin persentase dari perkiraan Januari lalu.

Pembaruan tengah tahun dan laporan prakiraan bulan Januari tersebut disiapkan oleh Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB atau Department of Economic and Social Affairs (DESA).

Hamid Rashid, Kepala Cabang Pemantauan Ekonomi Global dari Divisi Analisis dan Kebijakan Ekonomi DESA, mengatakan bahwa pertumbuhan ritel yang kuat dan peningkatan penjualan rumah adalah salah satu faktor di balik pembaruan ini.

"Penjualan ritel di Tiongkok sangat kuat pada kuartal pertama, mengalahkan banyak ekspektasi. Kami melihat pertumbuhan penjualan ritel yang signifikan sepanjang kuartal pertama dan juga tetap cukup kuat," katanya. 

"Penjualan rumah di Tiongkok pulih, penjualan rumah baru, yang pada dasarnya merupakan indikasi bahwa risiko apa pun yang kami lihat di pasar real estat di Tiongkok telah surut pada tahap ini dan tidak ada risiko besar yang meningkat," lanjutnya. 

Rashid mengatakan tingkat inflasi Tiongkok lebih rendah daripada banyak ekonomi besar lainnya, dan fondasi fiskalnya kuat, yang berarti bahwa kebijakan moneter dan fiskal Tiongkok memiliki banyak ruang untuk menopang pertumbuhan ekonominya.

Pertumbuhan global sekarang diproyeksikan sebesar 2,3 persen untuk tahun 2023, naik dari perkiraan 1,9 persen dalam laporan Januari 2023. Pembaruan tengah tahun juga merevisi pertumbuhan global untuk 2024 menjadi 2,5 persen dari 2,7 persen.

Laporan itu mengatakan prospek pemulihan ekonomi global yang kuat tetap redup di tengah inflasi yang melanda, kenaikan suku bunga, dan ketidakpastian yang meningkat. Sebaliknya, ekonomi dunia menghadapi risiko periode pertumbuhan rendah yang berkepanjangan karena efek pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, dampak perubahan iklim yang semakin memburuk, dan tantangan struktural makroekonomi tetap tidak tertangani.

Komentar

Berita Lainnya

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi

Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

banner